Bilamana Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya
mengenai nasib kota Yerusalem dan pemandangan tentang kedatangan-Nya yang kedua
kali, Ia juga meramalkan pengalaman umat-Nya mulai dari waktu Ia di angkat dari
antara mereka sampai kepada Ia kembali di dalam kuasa dan kemuliaan untuk
melepaskan mereka. Dari atas Bukit Zaitun Juru Selamat melihat badai yang akan
menimpa jemaat kerasulan. Dan menerawang lebih jauh ke masa depan, mata-Nya
melihat dengan jelas badai ganas yang mengerikan yang akan memukul
pengikut-pengikut-Nya pada masa-masa kegelapan dan penganiayaan yang akan
datang. Dalam beberapa ucapan-ucapan singkat yang mengerikan, Ia meramalkan
bagian pemimpinpemimpin dunia ini yang akan dibagikan kepada jemaat Allah.
(Matius 24:21,22). Pengikut-pengikut Kristus harus menjalani jalan penghinaan,
celaan dan penderitaan yang sama seperti yang dijalani oleh Tuhannya. Kebencian
dan permusuhan yang ditimbulkan terhadap Penebus dunia ini akan ditunjukkan
terhadap semua yang percaya kepada nama-Nya.
Sejarah jemaat yang mula-mula itu menyaksikan
kegenapan kata-kata Juru Selamat. Kuasa-kuasa dunia dan neraka mempersiapkan
diri mereka melawan Kristus dalam pribadi pengikut-pengikut-Nya. Kekafiran
melihat, jika Injil menang, maka kuil-kuil dan mezbah-mezbahnya akan
dimusnahkan. Oleh sebab itu ia memerintahkan pasukan-pasukannya untuk
membinasakan Kekristenan. Api penganiayaan telah di sulut. Orang-orang Kristen
telah di rampas harta miliknya dan di usir dari rumah mereka. Mereka "bertahan
dalam perjuangan yang berat" (Iberani 10:32). "Ada pula yang di ejek
dan di dera, bahkan yang di belenggu dan dipenjarakan" (Iberani 11:38-38).
Banyak yang memeteraikan kesaksian mereka dengan darahnya. Kaum bangsawan dan
hamba, orang kaya dan orang miskin, orang-orang terpelajar dan orang-orang
bodoh, semuanya sama di bantai tanpa belas kasihan.
Penganiayaan ini bermula pada zaman kaisar Nero, pada
waktu Rasul Paulus mati syahid, berlangsung terus dengan semakin kejam atau
kurang selama berabad-abad. Orang-orang Kristen di tuduh dengan tuduhan palsu
melakukan kejahatan yang mengerikan, dan dinyatakan sebagai penyebab bencana
besar seperti bahaya kelaparan, wabah dan gempa bumi. Sementara mereka menjadi
sasaran kebencian dan kecurigaan, para penuduh, demi keuntungannya,
mengkhianati orang yang tidak bersalah itu. Mereka di tuduh sebagai pemberontak
yang melawan kerajaan, sebagai musuh agama, dan sebagai wabah bagi masyarakat.
Banyaklah yang dilemparkan kepada binatang buas, atau di bakar hidup-hidup di
amfiteater. Sebagian disalibkan, yang lain di bungkus dengan kulit binatang
liar dan dilemparkan ke arena untuk di cabik-cabik oleh anjing-anjing ganas.
Hukuman mereka sering di buat menjadi hiburan utama pada pesta-pesta umum.
Orang banyak berjubel menikmati tontonan itu, dan tertawa serta bertepuk tangan
menyaksikan korban yang sedang menderita menghadapi maut.
Kemana saja pengikut Kristus mencari perlindungan,
mereka terus di buru sepeti binatang mangsa. Mereka terpaksa mencari
persembunyian di tempat-tempat terpencil yang tidak ada orang.
"Kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka.
Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan
celah-celah gunung" (Iberani 11:36-38). Katakomb-katakomb (kuburan di bawah
tanah) dimanfaatkan menjadi tempat persembunyian beribu-ribu orang. Di bawah
bukit-bukit di luar kota Roma, terowongan panjang telah di gali di tanah dan
batu. Jaringan lorong-lorong gelap dan rumit di buat bermil-mil di luar tembok
kota. Di tempat pengasingan bawah tanah inilah pengikut-pengikut Kristus
menyembunyikan orang mati mereka. Dan di sini jugalah mereka bertempat tinggal
bilamana mereka dicurigai dan dipersalahkan mengenai sesuatu. Bilamana Pemberi
Hidup itu membangunkan mereka yang telah melakukan perjuangan yang baik,
banyaklah orang-orang yang telah mati syahid demi Kristus yang akan keluar dari
gua bawah tanah yang suram itu.
Meskipun mengalami penganiayaan yang paling kejam,
saksi-saksi Yesus ini tetap memelihara iman mereka tidak tercemar. Meskipun
jauh dari segala kesenangan, ditutupi dari sinar matahari, dan tinggal di dalam
gelap di dalam tanah, mereka tidak mengeluh sedikitpun. Dengan kata-kata iman,
ketabahan, dan pengharapan mereka menguatkan satu sama lain untuk menanggung
penderitaan dan kekurangan dan kesesakan. Kehilangan berkat-berkat duniawi
tidak bisa memaksa mereka untuk menyangkal iman mereka pada Kristus. Pencobaan
dan penganiayaan hanyalah langkah-langah yang membawa mereka semakin dekat
kepada istirahat dan upah mereka.
Seperti hamba-hamba Allah pada zaman dahulu kala,
banyak dari mereka yang "di siksa dan tidak mau menerima pembebasan,
supaya mereka menerima kebangkitan yang lebih baik" (Iberani 11:25). Hal
ini mengingatkan kepada pikiran mereka kata-kata Guru mereka, yang bilamana di
aniaya demi Kristus, mereka akan sangat bersukacita karena besarlah upah mereka
di surga, karena demikianlah juga nabi-nabi di aniaya sebelum mereka. Mereka
bersukacita karena mereka dianggap layak menderita demi kebenaran. Dan naynyian
kemenangan berkumandang naik dari dalam api yang mengamuk. Oleh iman mereka
memandang ke atas, mereka melihat Kristus dan malaikat-malaikat menghadapi
peperangan surga, memandang kepada mereka dengan penuh perhatian, dan
menghargai kesetiaan dan keteguhan hati mereka. Satu suara turun dari takhta
Allah kepada mereka, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan
mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan" (Wahyu 2:10).
Sia-sialah usaha Setan menghancurkan jemaat Kristus
dengan kekerasan. Pertentangan yang besar di mana murid-murid Yesus menyerahkan
hidup mereka, tidak berakhir pada waktu murid-murid pembawa standar moral ini
di bunuh. Mereka menaklukkan pada waktu mereka dikalahkan. Pekerja-pekerja
Allah di bunuh, tetapi pekerjaan-Nya maju terus dengan mantap. Kabar Injil itu
terus tersebar, dan jumlah pengikut-pengikut-Nya terus bertambah. Injil itu
menerusi daerah-daerah yang tidak mudah dimasuki, bahkan sampai ke daerah
kekuaasaan Roma. Seorang Kristen dalam pembelaannya berkata kepada penguasa
kafir yang mendorong penganiayaan: Engkau boleh "membunuh kami, menyiksa
kami, menghukum kami . . . . Ketidak-adilanmu adalah bukti bahwa kami tidak
bersalah . . . . Atau kejahatanmu tidak berguna bagimu." Semuanya itu
menjadi undangan kuat memanggil orang lain kepada keyakinannya yang kuat.
"Semakin sering kami engkau babat, semakin banyak kami bertumbuh, darah
orang-orang Kristen itu adalah benih." -- Tertullian's
"Apology," par. 50 (ed. T. and T. Clark, 1869).
Ribuan orang dipenjarakan dan di bunuh, tetapi yang
lain muncul menggantikan tempat mereka. Dan mereka yang telah mati syahid
(martir) oleh karena iman mereka yang teguh kepada Kristus, telah
diperhitungkan Tuhan sebagai penakluk. Mereka telah melakukan perjuangan dengan
baik, dan mereka akan menerima mahkota kemuliaan bilamana Kristus datang
kembali. Penderitaan yang mereka tanggung telah membuat orang-orang Kristen
semakin dekat kepada satu sama lain dan kepada Penebus mereka. Teladan
kehidupan mereka dan sikap mereka menghadapi kematian telah menjadi kesaksian abadi
bagi kebenaran. Dan tanpa diharapkan pengikut-pengikut Setan meninggalkan
tugasnya dan menggabungkan diri di bawah panji-panji Kristus.
Oleh sebab itu Setan menetapkan rencananya untuk
berperang lebih keras dan lebih berhasil melawan pemerintaha Allah, dengan cara
menanamkan panji-panjinya di dalam jemaat Kristen. Jikalau para pengikut
Kristus dapat di tipu, dan di tuntun untuk melawan Allah, maka kekuatan,
ketahanan dan keteguhan mereka akan dapat dihancurkan, dan mereka akan jatuh
menjadi mangsa yang tidak berdaya.
Sekarang permusuhan besar ini berusaha memenangkan
dengan tipu daya licik apa yang tidak dimenangkan dengan kekerasan.
Penganiayaan dihentikan, dan digantikan dengan daya tarik kekayaan duniawi yang
berbahaya dan kehormatan duniawi. Para pemuja berhala telah di tuntun untuk
menerima sebahagian iman Kristen, sementara mereka menolak kebenaran-kebenaran
penting lainnya. Mereka mengaku menerima Yesus sebagai Anak Allah dan percaya
kepada kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi mereka tidak punya pendirian
mengenai dosa dan tidak merasa perlu bertobat atau perubahan hati. Oleh karena
pihak mereka telah memberi konsesi, maka mereka mengusulkan agar orang-orang
Kristen juga memberi konsesi agar supaya semuanya boleh bersatu dalam landasan
iman dalam Kristus.
Sekarang jemaat berada dalam bahaya yang sangat
menakutkan. Penjara, penyiksaan, api dan pedang adalah lebih berkat
dibandingkan dengan ini. Sebagian orang Kristen berdiri teguh dan menyatakan
tanpa kompromi kepada Setan. Sebagian yang lain setuju menyerah atau
memodifikasi sebagian bentuk kepercayaan mereka, dan bersatu dengan mereka yang
telah menerima sebagian Kekristenan itu, dan mengatakan bahwa ini adalah bentuk
pertobatan mereka sepenuhnya. Ini adalah masa kesukaran dan penderitaan yang
dalam kepada pengikut-pengikut setia Kristus. Dengan jubah Kkekristenan yang
pura-pura, Setan membuat dirinya disenangi oleh jemaat, untuk merusak iman
mereka, dan mengalihkan pikiran mereka dari firman kebenaran.
Kebanyakan orang Kristen pada akhirnya setuju menurunkan
standar moral mereka, sehingga terbentuklah satu persekutuan antara Kekristenan
dan kekafiran. Meskipun mereka yang berbakti kepada dewa-dewa mengaku bertobat
dan dipersatukan dengan gereja, mereka masih terus bergantung kepada
penyembahan berhalanya, hanya mengganti obyek peribadatan mereka kepada patung
Yesus, bahkan patung-patung Maria dan orang-orang kudus lainnya. Dengan
demikian bau busuk ragi penyembahan berhala di bawa masuk ke dalam gereja yang
dilanjutkan dengan pekerjaan-pekerjaan jahatnya. Ajaran-ajaran yang tidak kuat
dan mantap, upacara takhyul dan acara penyembahan berhala telah digabungkan
dengan iman dan peribadatannya. Sementara para pengikut Kristus dipersatukan
dengn para penyembah berhala, agama Kristen telah menjadi rusak, dan jemaat
telah kehilangan kesucian dan kuasanya. Namun, ada sebahagian yang tidak
disesatkan oleh penipu ini. Mereka masih tetap mempertahankan kesetiaannya
kepada Pencipta kebenaran, dan berbakti hanya kepada Allah saja.
Akan selalu ada dua kelompok orang-orang yang
menyatakan dirinya pengikut-pengikut Kristus. Sementara yang satu kelompok
mempelajari kehidupan Juru Selamat dan dengan sungguh-sungguh memperbaiki
kekurangan mereka serta menyesuaikan diri dengan Teladan mereka, kelompok yang
lain menghindari kebenaran yang praktis dan mudah dimengerti, yang
mengungkapkan kesalahan mereka. Bahkan dalam keadaan terbaik sekalipun, jemaat
itu tidak terdiri dari orang-orang yang seluruhnya benar, suci dan
sungguh-sungguh. Juru Selamat kita mengajarkan bahwa mereka yang dengan sengaja
memanjakan diri dalam dosa tidak boleh di terima menjadi anggota jemaat. Namun
Ia menghubungkan kepada diri-Nya orang-orang yang bertabiat buruk dan
memberikan kepada mereka manfaat pengajaran dan teladan-Nya, agar supaya mereka
boleh mempunyai kesempatan melihat kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki
kesalahan-kesalahan tersebut. Di antara ke dua belas rasul terdapat seorang
pengkhianat. Yudas di terima bukan karena cacad tabiatnya, tetapi ia di terima
meskipun tabiatnya demikian. Ia telah dihubungkan dengan murid-murid itu, agar
melalui pengajaran dan teladan Kristus mudah-mudahan ia boleh belajar apa itu
tabiat Kristiani, dan dengan demikian di tuntun untuk melihat kesalahannya,
untuk bertobat, dan oleh rahmat ilahi, menyucikan jiwanya "dalam menuruti
kebenaran." Tetapi Yudas tidak berjalan dalam terang yang dengan ramah
diizinkan bersinar kepadanya. Oleh memanjakan diri dalam dosa, ia mengundang
godaan Setan. Sikap tabiat buruknya menjadi sangat menonjol. Ia menyerahkan pikirannya
ke bawah pengendalian kuasa kegelapan. Ia menjadi marah bilamana kesalahannya
di tegur, dan dengan demikian ia telah di tuntun melakukan kejahatan mengerikan
mengkhianati Tuhannya. Demikianlah semua orang yang menyukai kejahatan yang
mengaku saleh, membenci mereka yang mengganggu ketenangannya oleh menegur
dosa-dosanya. Bilamana kesempatan diberikan kepada mereka, seperti Yudas,
mereka akan mengkhianati yang menegur mereka meskipun demi kebaikan mereka.
Para rasul menemui di dalam jemaat orang-orang yang
mengaku saleh sementara secara sembunyi-sembunyi menyukai kejahatan. Ananias
dan Safira bertindak sebagai penipu, berpura-pura mengorbankan seluruh uangnya
kepada Allah, pada waktu dengan tamaknya mereka menahan sebahagian untuk mereka
sendiri. Roh kebenaran yang menyatakan kepada para rasul tabiat sebenarnya
orang berpura-pura ini. Dan pengadila Allah membebaskan jemaat dari titik yang
menodai kesuciannya. Tanda tindakan Roh Kristus di dalam jemaat merupakan suatu
teror kepada orang-orang munafik dan pelaku kejahatan. Mereka tidak tahan lama
berhubungan dengan orang-orang yang senantiasa menjadi wakil-wakil Kristus,
dalam tabiat dan watak. Dan sementara cobaan dan penganiayaan datang ke atas
pengikut-pengikut-Nya, hanya mereka yang rela menyangkal semuanya demi
kebenaran saja yang menjadi murid-murid-Nya. Jadi selama penganiayaan
berlanjut, jemaat itu relatif tetap suci. tetapi sesudah berhenti, orang-orang
yang bertobat yang kurang sungguh-sungguh dan kurang pengabdian ditambahkan,
maka terbukalah jalan bagi Seta untuk menjejakkan kakinya.
Akan tetapi tidak ada persekutuan antara Putra terang
dengan putra kegelapan, dan tidak akan ada persekutuan antara pengikut-pengikut
mereka. Bilamana oang-orang Kristen mau bersekutu dengan mereka yang
setengah-setengah bertobat dari kekafiran, mereka memasuki satu jalan yang
menuntun mereka semakin jauh dan semakin jauh dari kebenaran. Setan bersuka
bahwa ia telah berhasil menipu begitu banyak pengikut Kristus. Ia kemudian
mengerahkan lebih banyak kuasanya dalam usaha ini dan mengilhami mereka untuk
menganiaya mereka yang tetap setia kepada Allah. Tidak ada yang paling mengerti
cara menentang iman Kristen yang benar seperti mereka yang pada suatu waktu
pernah mempertahankannya. Dan orang-orang Kristen yang murtad ini, bergabung
bersama-sama dengan teman-temannya yang setengah kafir, menunjukkan peperangan
mereka menentang doktrin paling penting Kristus.
Dibutuhkan perjuangan keras dari mereka yang akan
berdiri tetap setia dan teguh melawan penipuan dan kebencian mereka yang menyamar
dalam jubah pendeta yang diperkenalkan kedalam jemaat. Alkitab tidak lagi di
terima sebagai ukuran iman. Doktrin kebebasan beragama di anggap sebagai suatu
penyimpangan, dan mereka yang menjunjungnya di benci dan dikucilkan dan
diharamkan.
Setelah melalui pertikaian panjang dan sengit, mereka
yang setia dan sedikit, memutuskan untuk menghilangkan semua persekutuan dengan
gereja yang murtad, kalau gereja itu tetap menolak membebaskan dirinya dari
kepalsuan dan penyembahan berhala. Mereka melihat bahwa pemisahan mutlak
diperlukan jikalau mereka mau menuruti firman Allah. Mereka tidak berani
bersikap toleransi terhadap kesalahan-kesalahan yang fatal bagi jiwa mereka
sendiri dan memberikan contoh yang membahayakan iman anak-anak dan cucu-cucu
mereka. Untuk menjamin perdamaian dan persatuan, mereka siap melakukan konsesi
yang sesuai dengan kesetiaan kepada Allah. Tetapi mereka merasa bahwa
perdamaian sekalipun akan terlalu mahal jika harus di beli dengan mengorbankan
prinsip. Jikalau persatuan dapat di jamin hanya oleh dikompromikannya kebenaran
dan kebajikan, maka biarlah ada perbedaan dan bahkan peperangan.
Adalah baik bagi jemaat dan dunia jikalau prinsip yang
menggerakkan jiwa-jiwa yang berdiri teguh itu, dihidupkan kembali di dalam hati
mereka yang mengaku umat Allah. Ada bahaya acuh tak acuh dalam hubungannya
dengan ajaran atau doktrin yang mejadi tiang-tiang iman Kristen. Ada pendapat
yang muncul bahwa, pada akhirnya, ajaran-ajaran itu tidaklah sesuatu yang
vital. Degenerasi ini menguatkan usaha kaki-tangan Setan, sehingga teori-teori
palsu dan penipuan-penipuan fatal yang membahayakan hidup umat-umat yang setia
yang menolaknya dan melayaninya pada masa lalu, sekarang di anggap sebagai
sesuatu yang menyenangkan oleh ribuan orang yang mengatakan dirinya pengikut-pengikut
Kristus.
Orang-orang Kristen yang mula-mula itu memang adalah
umat-umat yang khas. Tingkah laku mereka yang tidak bercela dan iman mereka
yang tidak bisa dibengkokkan merupakan teguran yang senantiasa mengganggu
ketenteraman orang-orang berdosa. Biarpun jumlah mereka sedikit, tidak
mempunyai harta, kedudukan dan jabatan yang terhormat, mereka menjadi ancamn
yang menakutkan bagi pelaku-pelaku kejahatan dimana saja tabiat dan ajaran
mereka dinyatakan. Oleh sebab itu mereka di benci oleh orang jahat, seperti
Habil di benci oleh Kain abangnya. Dengan alasan itulah Kain membunuh Habil,
demikian juga mereka yang menolak pengendalian Roh Suci, membunuh umat-umat
Allah. Dengan alasan yang sama juga orang-orang Yahudi menolak dan menyalibkan
Juru Selamat, -- oleh karena kesucian dan kekudusan tabiat-Nya senantiasa
merupakan teguran kepada sifat korup dan mementingkan diri mereka. Sejak zaman
Kristus sampai sekarang, murid-murid-Nya yang setia telah membangkitkan
kebencian dan pertentangan mereka yang mencintai dan mengikuti jalan-jalan
dosa.
Lalu, bagaimanakah kabar Injil itu bisa di sebut kabar
perdamaian? Pada waktu nabi Yesaya meramalkan tentang kelahiran Mesias, ia
memberikan gelar kepada-Nya "Putra Raja Damai." Ketika para malaikat
memberitahukan kepada para gembala bahwa Kristus telah lahir, mereka menyanyi
di atas padang Betlehen, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi,
dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya"
(Lukas 2:14). Tampaknya ada kontradiksi antara pernyataan nubuat dan perkataan
Kristus, "Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang."
Tetapi dengan jelas dapat di mengerti bahwa keduanya sangat selaras. Kabar
Injil itu adalah berita damai. Kekristenan adalah sebuah sistem, yang bila di
terima dan dituruti akan menyebarkan damai, keselarasan dan kebahagiaan di
seluruh bumi ini. Agama Kristus akan mempersatukan dalam ikatan persaudaraan
yang erat semua orang yang menerima pengajaran-Nya. Misi Yesus adalah
memperdamaikan umat manusia dengan Alla, demikian juga antara sesama manusia.
Akan tetapi kebanyakan dunia ini berada di bawah pengendalian Setan, musuh
Kristus yang paling kejam. Kabar Injil menyatakan kepada mereka prinsip-prinsip
kehidupan yang seluruhnya bertentangan dengan tabiat dan keinginan-keingian
mereka, dan mereka lalu bangkit melawannya. Mereka membenci kesucian yang
menyatakan dan menyalahkan dosa-dosa mereka. Dan mereka yang menganiaya dan
membinasakan orang-orang yang membujuk mereka menerima tuntunan yang benar dan
kudus. Dalam pengertian inilah -- oleh karena kebenaran yang ditinggikan
kadang-kadang membawa kebencian dan permusuhan -- kabar Injil itu di sebut
pedang.
Pemeliharaan misterius Tuhan yang mengizinkan
orang-orang benar itu menderita penganiayaan di tangan orang-orang jahat, telah
menyebabkan kebingungan kepada banyak orang yang lemah iman. Sebahagian mereka
bahkan sudah siap untuk tidak lagi menaruh percaya kepada Allah, sebab Ia
membuat orang paling jahat memperoleh kemakmuran, sementar orang-orang terbaik
dan tersuci menderita dan di siksa oleh orang-orang jahat yang berkuasa. Orang
bertanya, bagaimana mungkin seorang yang adil dan murah hati, dan yang kuasanya
tidak terbatas, dapat menerima ketidak-adilan dan penindasan? Inilah satu
pertanyaan yang kita tidak bisa lakukan apa-apa. Allah telah memberikan kepada
kita cukup bukti kasih-Nya. Dan kita tidak perlu meragukan kebaikan-Nya, sebab
kita tidak bisa mengerti cara kerja pemeliharaan-Nya itu. Jurus Selamat berkata
kepada murid-murid-Nya, setelah meramalkan kebimbangan yang akan menimpa jiwa
mereka pada hari-hari percobaan dan kegelapan, "Ingatlah apa yang telah
Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari tuannya. Jikalau
mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu" ( Yoh.
15:20). Yesus menderita untuk kita lebih dari yang seseorang pengikut-Nya
derita dari kekejaman orang-orang jahat. Mereka yang di panggil untuk menahan
siksaan dan mati syahid adalah mengikuti jejak Anak Allah yang kekasih.
"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya" (2
Pet. 3:9). Ia tidak melupakan atau melalaikan anak-anak-Nya. Tetapi Ia
mengizinkan orang-orang jahat menyatakan tabiat mereka yang sebenarnya, agar
supaya tak seorangpun yang rindu melakukan kehendak-Nya tidak boleh tertipu
oleh mereka. Sekali lagi orang benar itu ditempatkan di dalam dapur kepicikan
agar mereka sendiri boleh disucikan. Agar teladan mereka boleh meyakinkan
orang-orang lain mengenai realitas dan kebaikan. Dan juga agar oleh keteguhan
mereka boleh menyatakan kesalahan orang yang tak beriman dan tidak percaya.
Allah mengizinkan orang jahat itu memperoleh
kemakmuran, dan menyatakan permusuhan terhadap Dia, agar supaya bilamana mereka
telah mencapai puncak kejahatannya, semua boleh melihat keadilan dan dan
rahmat-Nya dalam kebinasaan mereka. Hari pembalasan-Nya tidak lama lagi dimana
semua mereka yang telah melanggar hukum-Nya dan yang menindas umat-Nya akan
memperoleh upah yang adil bagi setiap perbuatan mereka. Dan dimana setiap
perbuatan kejahatan atau ketidak-adilan terhadap umat-umat Allah yang setia
akan dihukum seolah-olah perbuatan itu dilakukan kepada Kristus sendiri.
Ada lagi pertanyaan lain dan yang lebih penting yang
harus menjadi perhatian jemaat-jemaat dewasa ini. Rasul Paulus menyatakan bahwa
"setiap yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita
aniaya" (2 Tim. 3:12). Lalu, mengapa penganiayaan itu nampaknya seperti
tertidur? Sebab satu-satunya ialah bahwa jemaat telah meyesuaikan diri dengan
standar duniawi, oleh sebab itu tidak menimbulkan perlawanan. Agama pada zaman
kita ini bukanlah agama yang bertabiat suci dan kudus sebagaimana yang menandai
iman Kristen pada zaman Kristus dan rasul-rasul-Nya. Hanyalah oleh karena roh
berkompromi dengan dosa, oleh karena kebenaran agung firman Tuhan di anggap
tidak berbeda dengan dunia ini, oleh karena sangat sedikit kesalehan vital di
dalam jemaat, yang membuat Kekristenan sangat populer di dunia ini. Cobalah ada
kebangunan iman dan kuasa jemaat yang mula-mula itu, maka roh penganiayaanpun
akan dibangunkan dan api penganiayaan itupun akan di sulut kembali.
No comments:
Post a Comment