Salah satu kebenaran yang paling
menggembirakan dan paling mulia yang dinyatakan didalam Alkitab ialah
kedatangan Kristus yang kedua kali, untuk menyempurnakan pekerjaan besar
penyelamatan. Bagi umat-umat musafir Allah yang sudah lama berdiam sementara di
"daerah bayang-bayang maut," telah diberikan suatu pengharapan yang
berharga yang mendatangkan sukacita, yaitu janji kedatangan-Nya kembali, yang
menjadi "kebangkitan dan hidup," untuk "membawa pulang
umat-umat-Nya yang terbuang." Doktrin mengenai kedatangan-Nya yang kedua
kali adalah inti dari Alkitab yang suci itu. Sejak pasangan yang pertama
melangkah meninggalkan taman Eden, anak-anak yang beriman telah menunggu
kedatangan Yang Dijanjikan untuk menghancurkan kuasa yang merusak itu dan untuk
membawa mereka kembali ke taman Eden yang telah hilang. Orang-orang saleh zaman
dahulu mengharap kepada kedatangan Mesias di dalam kemuliaan, sebagai
penyempurnaan pengharapan mereka. Henok, keturunan yang ketujuh dari manusia
Adam yang tinggal di taman Eden, yang selama tiga abad berjalan bersama-sama
dengan Allah di dunia ini, telah diizinkan memandang dari jauh kedatangan
Penebus, si Penyelamat. "Sesungguhnya," katanya, "Tuhan datang
dengan beribu-ribu orang kudus-Nya hendak menghakimi semua orang." (Yudas
14,15). Ayub pada malam kesusahannya, berseru, "Tetapi aku tahu, Penebusku
hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit dari atas debu: . . . tanpa dagingkupun aku
akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat, . . . mataku sendiri
menyaksikan-Nya dan bukan orang lain." (Ayub 19:25-27).
Kedatangan Kristus untuk membawa kerajaan
atau pemerintahan kebenaran, telah mengilhami kata-kata yang paling agung dan
yang membangkitkan semangat dari para penulis kudus. Para pujangga dan para
nabi Alkitab memusatkan perhatian kepada-Nya dalam kata-kata yang bercahaya
dengan api surgawi. Pemazmur menyanyikan kuasa dan kebesaran Raja Israel,
"Dari Sion puncak keindahan, Allah tampil bersinar. Allah kita datang dan tidak
akan berdiam diri . . . . Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi
untuk mengadili umat-Nya." (Maz. 50:2-4). "Biarlah langit bersukacita
dan bumi bersorak-sorak, . . . di hadapan Tuhan sebab Ia datang, sebab ia
datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan
bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya." (Maz. 96:11,13).
Nabi Yesaya berkata, "Ya, Tuhan,
orang-orang-Mu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula.
Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan
bersorak-sorai! Sebab embun Tuhan ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan
arwah kembali." "Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya, dan Tuhan
Allah akan menghapuskan air mata dari pada segala muka, dan aib umat-Nya akan
dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab Tuhan telah mengatakannya. Pada waktu
itu orang akan berkata, 'Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita
nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah Tuhan yang kita nati-nantikan,
marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang
diadakan-Nya.'" (Yes. 26:19; 25:8,9).
Dan Habakuk, yang asyik dengan
penglihatan kudus itu, memandang kedatangan-Nya, "Allah datang dari negeri
Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran. Sela. Keagungan-Nya menutupi
segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepada-Nya. Ada kilauan seperti
cahaya." "Ia berdiri, maka bumi dibuat-Nya bergoyang, Ia melihat
berkeliling, maka bangsa-bangsa dibuat-Nya melompat terkejut, hancur
gunung-gunung yang ada sejak purba, merendah bukit-bukit yang berabad-abad;
itulah perjalanan-Nya yang berabad-abad." ". . . Engkau mengendarai
kuda dan kereta kemenangan-Mu." "Melihat Engkau gunung-gunung
gemetar, . . . samudera raya mendengarkan suara-Nya dan mengangkat tangannya. Matahari,
bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak-anak panah-Mu yang
melayang laju, karena kilauan tombak-Mu yang berkilat." "Engku
berjalan maju untuk menyelamatkan umat-Mu, untuk menyelamatkan orang yang
Kauurapi." (Habakuk 3:3-13).
Pada waktu Juru Selamat hampir berpisah
dari murid-murid-Nya, Ia menghibur mereka dalam kesedihan mereka dengan jaminan
bahwa Ia akan datang lagi, "Janganlah gelisah hatimu . . . . Di rumah
Bapa-Ku banyak tempat tinggal . . . . Aku pergi ke situ untuk menyediakan
tempat bagimu. Dan apabila Aku pergi ke situ dan telah menyedikan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku." (Yoh.
14:1-3). "Apabila Anak Manusia datang dalam kemualiaan-Nya dan semua
malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta
kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya." (Matius
25:31,32).
Para malaikat yang ada di Bukit Zaitun
setelah kenaikan Kristus ke Surga, mengulangi janji kedatangan-Nya kembali
kepada murid-murid itu, "Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan
kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik
ke surga." (Kisah 1:11). Dan Rasul Paulus yang berbicara oleh Roh
inspirasi, menyaksikan, "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu
penghulu malaikat berseru, dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri
akan turun dari surga." ( 1 Tes. 4:16). Nabi di Patmos berkata,
"Lihatlah Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat
Dia."( Wah. 1:7).
Mengenai kedatangan-Nya, yang penuh
dengan kemuliaan itu, bahwa Kristus itu harus tinggal di Surga sampai
"pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan
perantaraan nabi-bainya yang kudus di zaman dahulu." (Kisah 3:21).
Kemudian pemerintahan Setan yang sudah lama akan dihancurkan.
"Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang
diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."
(Wah. 11:15). "Maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat
manusia akan melihatnya bersama-sama." "Tuhan Allah akan menumbuhkan
kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa," "Pada waktu
itu Tuhan semesta alam akan menjadi mahkota kepermaian dan perhiasan kepala
yang indah-indah bagi sisa umat-Nya."(Yes. 40:5; 61:11; 28:5).
Kemudian kerajaan mesias yang penuh damai
dan yang telah lama dinanti-nantikan itu akan didirikan di bawah seluruh alam
semesta. "Sebab Tuhan menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia
membuat padang gurunnya seperti taman Eden, dan padang belantaranya seperti
taman Tuhan." "Kemuliaan Libanon akan diberikan kepadanya, semarak
Karmel dan Saron." "Engkau tidak akan disebut lagi 'yang ditinggalkan
suami,' dan negerimu tidak akan disebut lagi 'yang sunyi'. Tetapi engkau akan
dinamai 'yang berkenan kepada-Ku,' dan negerimu 'yang bersuami.'"
"Dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan,
demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu." (Yes. 51:3; 35:2; 62:4,5).
Kedatangan Tuhan telah menjadi
pengharapan pengikut-pengikut-Nya yang benar sepanjang zaman. Janji perpisahan Juru Selamat di
Bukit Zaitun, bahwa ia akan datang kembali, menerangi hari depan
murid-murid-Nya, memenuhi hati mereka dengan sukacita dan pengharapan yang
tidak bisa dihilangkan oleh kedukaan, atau diredupkan oleh pencobaan. Di
tengah-tegah penderitaan dan penganiayaan, "kembalinya Allah dan Juru
Selamat kita Yeusu Kristus," adalah "pengharapan yang
berbahagia." Pada waktu orang-orang Kristen Tesalonika dipenuhi dukacita
sementara mereka menguburkan kekasih-kekasih mereka, yang telah berharap tetap
hidup untuk menyaksikan kedatangan Tuhan, Rasul Paulus, guru mereka,
menunjukkan mereka kepada kebangkitan yang terjadi pada waktu Juru Selamat
datang. Kemudian yang mati di dalam Kristus akan bangkit dan bersama-sama
dengan mereka yang masih hidup menyongsong Tuhan di angkasa. "Karena
itu," katanya, "hiburkanlah seorang akan yang lain dengan
perkataan-perkataan ini." (1 Tes. 4:16-18).
Di Pulau Patmos yang berbatu-batu, murid
yang kekasih mendengar janji, "Ya, Aku datang segera!" dan sambutan
kerinduannya menyuarakan doa gereja dalam seluruh pengembaraannya,
"datanglah Tuhan Yesus1" ( Wahyu 22:20).
Dari penjara bawah tanah, dari tiang
gantungan pembakaran, dari panggung-panggung hukuman mati, di mana orang-orang
saleh dan para syuhada bersaksi demi kebenaran, terdengarlah ucapan-ucapan iman
dan pengharapan selama berabad-abad. "Diyakinkan oleh kebangkitan-Nya
secara pribadi dan juga kebangkitan mereka sendiri pada kedatangan-Nya,"
kata seorang Kristen, "mereka menganggap remeh kematian itu, dan didapati
bahwa mereka berada di atasnya." -- Taylor, Daniel T., "The Reign of
Christ on Earth; or The Voice of the Church in All Ages," p. 33. Mereka
rela mati, agar mereka bisa "bangkit kepada kebebasan." -- Taylor,
"The Voice of the Church," p. 54. Mereka "menantikan Tuhan
datang dari langit dalam awan-awan dengan kemuliaan Bapa-Nya,"
"membawa kerajaan kepada orang benar." Orang-orang Waldenses memegang
iman yang sama." -- Idem, pp. 129-132. Wycliffe mengharapkan kedatangan
Penebus sebagai pengharapan gereja. -- Idem, pp. 132-134.
Luther menyatakan, "Aku meyakinkan
diriku dengan sungguh-sungguh, bahwa hari penghakiman tidak akan absen tiga
abad penuh. Allah tidak akan, tidak dapat, menahan dunia ini lebih lama
lagi." "Hari yang besar semakin dekat dimana kerajaan kebencian akan
dihancurkan." -- Idem, pp. 158, 134.
Dunia yang sudah tua ini tidak jauh dari
akhirnya," kata Melanchthon. Calvin mengajak orang-orang Kristen
"jangan ragu-ragu, melainkan dengan bersemangat merindukan hari kedatangan
Kristus sebagai hari yang paling memberi harapan dari semua kejadian," dan
menyatakan bahwa "seluruh keluarga orang-orang yang setia akan terus
memandang kepada hari itu." "Kita harus merasa lapar akan Kristus,
kita harus mencari, dan memikirkannya," katanya, "sampai terbitnya
fajar hari besar itu, bilamana Tuhan kita menyatakan dengan sepenuhnya
kemuliaan kerajaan-Nya." -- Idem, pp. 158, 134.
"Benarkah Tuhan kita Yesus telah
membawa daging kita ke surga? kata Knox, Pembaharu Skotlandia itu, "dan
tidakkah Ia akan datang kembali? Kita tahu bahwa Ia akan kembali, dan dengan
segera." Ridley dan Latimer, yang mengorbankan hidupnya demi kebenaran,
memandang dengan iman kepada kedatangan Tuhan. Ridley menulis, "Dunia ini
tanpa ragu-ragu -- hal ini saya percayai dan oleh sebab itu saya mengatakannya
-- menuju kepada akhirnya. Marilah kita bersama-sama Yohanes, hamba Allah itu,
berseru di dalam hati kita kepada Juru Selamat kita Kristus, Datanglah, Tuhan
Yesus, datanglah!" -- Idem, pp. 151, 145.
"Pikiran mengenai kedatangan
Tuhan," kata Baxter, "adalah yang paling manis dan yang penuh
sukacita bagiku." -- Baxter, Richard, "Works," Vol. XVII, p.
555. "Itu adalah pekerjaan iman dan tabiat orang-orang saleh-Nya untuk
mencintai kedatangan-Nya dan menantikan pengharapan yang berbahagia itu."
"Jikalau kematian adalah musuh terakhir yang akan dibinasakan pada waktu
kebangkitan, kita tahu betapa sungguh-sungguh umat-umat percaya seharusnya
merindukan dan mendoakan kedatangan Kristus yang kedua kali itu, ketika
penaklukan terakhir dan sepenuhnya akan dilakukan ." -- Idem, p. 500.
"Inilah hari yang semua orang percaya harus rindukan, dan harapkan, dan
tunggu, sebagai pencapaian pekerjaan penebusan mereka, dan semua usaha dan
kerinduan jiwa mereka." "Segerakanlah, ya, Tuhan, hari yang
berbahagia ini." -- Baxter, "Works," Vol. XII, pp. 182,183.
Begitulah pengharapan gereja pada zaman rasul-rasul, pengharapan "gereja
di padang belantara," dan pengharapan para Pembaharu.
Nubuatan bukan hanya meramalkan cara dan
tujuan kedatangan Kristus, tetapi juga memberikan tanda-tanda oleh mana
orang-orang mengetahui bahwa kedatangan itu sudah dekat. Yesus berkata,
"Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan
bintang-bintang," (Lukas 21:25). ". . . mata hari akan menjadi gelap
dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan
kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia
datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya." (Markus
13:24-26). Pewahyu menjelaskan tanda pertama yang mendahului kedatangan kedua
kali itu, "sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari
menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya
bagaikan darah." ( Wahyu 6:12).
Tanda-tanda ini telah disaksikan sebelum
abad kesembilan belas. Sebagai kegenapan nubuatan ini telah terjadi pada tahun
1755, gempa bumi yang paling dahsyat yang pernah dicatat. Walaupun biasanya
dikenal sebagai gempa Lissabon, gempa itu menjangkau sebagian besar Eropa,
Afrika dan Amerika. Gempa itu dirasakan juga di Greenland, di pulau-pulau
Hindia Barat, di pulau Madeira, di Norwegia dan Swedia, di Britania Raya dan
Irlandia. Gempa itu menyebar luas ke tidak kurang dari empat juta mil bujur
sangkar. Di Afrika, getaran dirasakan sekeras seperti di Eropa. Sebagian besar
Aljazair hancur, dan tidak jauh dari Marokko, suatu perkampungan yang
berpenduduk delapan sampai sepuluh ribu orang penduduk telah ditelan bumi.
Gelombang laut yang besar dan ganas menyapu pantai Spanyol dan Afrika, melanda
kota-kota dan menimbulkan kebinasaan besar.
Goncangan yang paling kuat terjadi di
Spanyol dan Portugis. Di Cadiz gelombang yang menyapu dikatakan setinggi 60
kaki. Gunung-gunung, "beberapa buah yang tertinggi di Portugis, telah
bergoncang dengan sangat kuat, seolah-olah goncangan itu datang dari dasarnya.
Dan beberapa diantaranya terbelah di puncaknya dan bongkahan-bongkahannya
terlepas dan terbelah-belah dengan cara ajaib, dan jatuh ke lembah-lembah di
sekitarnya. Nyala api tersembur dari gnung-gunung ini." -- Lyell, Sir
Charles, "Principles of Geology," p. 495 (ed. 1858, N.Y.).
Di Lissabon, " sura gemuruh terdengr
di bawah tanah, dan segera sesudah itu goncangan keras meruntuhkan sebagian
besar kota itu. Dalam waktu kira-kira enam menit 60,000 ribu orang binasa.
Mula-mula pasang surut, ambang laut kering. Kemudian laut itu bergulung, naik
setinggi 50 kaki atau lebih dari permukaan yang biasa." "Di antara
kejadian luar biasa yang telah terjadi di Lissabon selama malapetaka itu ialah
hilang lenyapnya dermaga baru, yang seluruhnya dibangun dari batu pualam dengan
biaya yang tinggi. Sejumlah besar orang berkumpul di sana untuk mencari
perlindungan, sebagai satu tempat yang jauh dari reruntuhan gedung-gedung.
Tetapi dengan tiba-tiba dermaga itu terbenam dengan semua orang yang di
atasnya, dan tak seorang bangkai manusiapun yang mengapung ke permukaan."
-- Idem, p. 495 (ed. 1858, N.Y.).
"Goncangan" gempa itu,
"dengan segera disusul oleh runtuhnya gereja dan biara. Hampir semua
gedung-gedung besar dan lebih dari seperempat rumah-rumah runtuh. Kira-kira dua
jam sesudah goncangan itu, api mengamuk di berbagai tempat. Api itu begitu
dahsyatnya dan terus menyala selama tiga hari, sehingga menyebabkan kota
benar-benar kosong. Gempa bumi itu terjadi pada waktu hari besar, pada waktu
gereja-gereja dan biara-biara dipenuhi orang-orang, sehingga sangat sedikit
yang selamat." -- Encyclopaedia Americana, art. Lisbon, note (ed. 1831).
"Teror yang mengerikan itu tidak dapat digambarkan. Tak seorangpun yang
menangis, karena tidak tertangiskan. Mereka berlari ke sana ke mari, tidak
sadar karena ketakutan dan kengerian, sambil memukul-mukul mukanya dan dadanya
dan berseru, 'Misericordia! dunia kiamat!' Ibu-ibu lupa anak-anak mereka, dan
berlari sambil memeluk patung-patung dan salib. Malangnya, banyak yang lari ke
gereja mencari perlindungan, tetapi sia-sia sakramen itu dibukakan, sia-sia
makhluk yang malang ini memeluk mezbah-mezbah, patung-patung, imam-imam, dan
orang-orang terkubur dalam satu reruntuhan." Diperkirakan sekitar 90,000
orang binasa pada hari yang fatal itu.
Dua puluh lima tahun kemudian muncullah
tanda berikut, yang disebutkan dalam nubuatan -- matahari dan bulan digelapkan.
Apa yang menyebabkan hal ini sangat menarik ialah kenyataan bahwa kegenapan
nubuatan itu telah ditunjukkan dengan pasti. Dalam percakapan Juru Selamat
dengan murid-murid-Nya di gunung Zaitun, setelah menjelaskan pencobaan yang
lama bagi gereja -- 1260 tahun penganiayaan kepausan, mengenai ini Ia telah
menjanjikan bahwa penyiksaan itu akan diperpendek -- maka Ia menyebutkan kejadian-kejadian
tertentu yang mendahului kedatangan-Nya, dan menentukan waktunya kapan ini
untuk pertama kali akan disaksikan, "Tetapi pada masa itu, sesudah siksaan
itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya." ( Markus
13:24). Masa 1260 hari atau tahun itu berakhir pada tahun 1798. Seperempat abad
sebelumnya, penganiayaan sudah hampir seluruhnya berakhir. Sesudah penganiayaan
atau penyiksaan ini, menurut perkataan Kristus, matahari akan digelapkan. Pada
tanggal 19 Mei 1780, nubuatan ini sudah digenapi.
"Hampir kalau bukan seluruhnya
sebagai satu-satunya jenis fenomena yang misterius dan tak terjelaskan, . . .
terjadi pada tanggal 19 Mei 1780, -- di New England, langit tampak menjadi
gelap tidak bisa djelaskan kenapa demikian." -- Devens, R.M., "Our
First Century," p. 89.
Seorang saksi mata di Massachusetts
menjelaskan kejadian itu sebagai berikut: "Pada pagi hari matahari terbit
bersinar terang, tetapi tidak lama kemudian awan menutupi langit. Awan-awan itu
menjadi semakin turun, dan dari awan-awan yang kemudian gelap itu kilat
menyambar dan guntur berbunyi serta hujan rintik-rintik turun. Menjelang pukul
sembilan, awan itu menjadi semakin tipis, dan berubah warna menjadi
kekuning-kuningan bagaikan warna kuningan atau tembaga, sehingga tanah, batu-batuan,
pohon-pohonan, bangun-bangunan, air dan orang-orang telah tampak berubah
warnanya oleh terang yang aneh dan ngeri itu. Beberapa menit kemudian, awan
hitam pekat menyebar ke seluruh langit kecuali lingkaran tipis di kaki langit,
dan gelapnya seperti gelapnya pada pukul sembilan malam musim panas. . . .
"Ketakutan, kecemasan dan kengerian
merasuk pikiran orang-orang. Perempuan-perempuan berdiri di pintu, melihat
pemandangan alam yang gelap; laki-laki kembali ke rumah dari bekerja di ladang.
Tukang kayu meninggalkan perkakasnya, tukang besi meninggalkan bengkelnya, dan
para pedagang meninggalkan toko-tokonya. Murid-murid sekolah-sekolah
dibubarkan, dan dengan gemetar murid-murid itu berlari pulang ke rumah
masing-masing. Para pengembara atau yang sedang mengadakan perjalanan berhenti
di pondok-pondok petani yang terdekat. 'Apa yang sedang terjadi,' hati dan
bibir manusia bertanya-tanya. Tampaknya seperti badai akan menyapu negeri itu,
atau seolah-olah hari itu merupakan hari kemusnahan segala sesuatu.
"Lilin-lilin dinyalakan dan api dari
perapian bercahaya begitu terang seperti pada malm tanpa sinar bulan di musim
gugur . . . . Unggas kembali ke sarangnya dan tidur, ternak berkumpul di
kandangnya, katak-katak berisik, burung-burung menyanyikan nyanyian malam
mereka, dan kelelawar-kelelawar mulai beterbangan. Tetapi manusia mengetahui
sebenarnya malam belum tiba . . . .
"Dr. Natahanael Whittaker, pendeta
gereja Tabernakel di Salem, mengadakan acara keagamaan di tempat pertemuan, dan
mengkhotbahkan khotbah di mana ia mengatakan bahwa kegelapan itu suatu
keajaiban supernatural. Anggota-anggota jemaat datang berkumpul di berbagai
tempat. Ayat-ayat khotbah yang tiba-tiba tanpa persiapan ini adalah yang
tampaknya menyatakan bahwa kegelapan itu sesuai dengan nubuatan Alkitab . . . .
Kegelapan yang paling pekat atau kelam terjadi sesudah pukul sebelas." --
"The Essex ntiquarian," Salem, Mass., April 1899 (Vol. III, No. 4,
pp. 53, 54). "Di sebahagian besar negeri itu kegelapan begitu hebatnya di
siang hari itu, sehingga orang-orang tidak bisa menyatakan jam berapa dengan
melihat jam, atau makan atau melakukan kerjanya di rumah tanpa cahaya lilin . .
. .
" Luasnya cakupan kejadian kegelapan
ini luar biasa. Dapat dilihat ke sebelah Timur sejauh Falmouth. Ke arah Barat
sampai bagian terjauh Connecticut dan Albany. Ke arah Selatan, dapat dilihat
sepanjang tepi laut, dan ke arah Utara sejauh pemukiman Amerika." --
Gordon, Dr. Wm., "History of the Rise, Progress and Establishment of the
Independent of U.S.A.," Vol. III, p. 57 (N.Y., 1789).
Kegelapan pekat hari itu telah berlalu
sejam atau dua jam kemudian sebelum malam, oleh langit yang sebagian terang,
dan matahari tampak meskipun masih ditutupi oleh kabut hitam tebal.
"Sesudah matahari terbenam, awan kembali datang menutupi dan malampun
datang cepat." "Kegelapan malam inipun tidak kurang menakutkan dan
luar biasa dibandingkan dengan yang terjadi pada siang harinya. Walaupun pada
malam itu sudah hampir bulan purnama, tidak ada benda yang dapat dilihat tanpa
pertolongan terang buatan atau lampu, yang bilamana dilihat dari rumah-rumah
tetangga dan tempat-tempat lain yang agak berjauhan, nampak bagaikan kegelapan
Mesir yang kelihatannya hampir tidak bisa ditembusi oleh sinar." --
Thomas, Massachusetts Spy; or, American Oracle of Liberty," Vol. X, No.
472 (May 25, 1780). Salah seorang saksi mata pemandangan itu berkata,
"Saya tidak bisa membayangkan pada waktu itu, sekiranya semua benda
bercahaya di jagad raya ini diselubungi dengan selubung yang tidak tembus cahaya,
atau benda-benda bercahaya itu dilenyapkan, maka kegelapan itu akan lebih hebat
lagi." -- Letter by Dr. Samuel Tenney, of Exeter, N. H., December 1785 (in
"Massachusetts Historical Society Collection," 1792, 1st series, Vol.
I, p. 97). Walaupun pukul sembilan malam itu bulan purnama nampak juga,
"sinarnya tak mampu mengusir kegelapan mencekam bagaikan maut itu."
Sesudah tengah malam, kegelapan itu sirna, dan bulan pada waktu pertama kali
kelihatan, tampak seperti darah.
Tanggal 19 Mei 1780 dicatat dalam sejarah
sebagai, "Hari Gelap." (The Ddark Day). Sejak zaman Musa, belum ada
waktu kegelapan yang menyamai kepekatan, jangkauan dan lamanya kegelapan ini
yang pernah dicatat. Penjelasan mengenai kejadian ini yang diberikan oleh para
saksi mata merupakan gema firman Tuhan yang dicatat oleh Nabi Yoel, dua ribu
ima ratus tahun sebelum kegenapannya, "Matahari akan berubah menjadi gelap
gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan." (Yoel 2:31).
Kristus telah menyuruh umat-Nya memperhatikan tanda-tanda kedatangan-Nya, dan
bergembira sementara memandang tanda-tanda Raja mereka yang datang itu.
"Apabila semuanya itu mulai terjadi," kata-Nya, "bangkitlah dan
angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." Ia menunjukkan
pengikut-pengikut-Nya kepada pohon-pohon yang bertunas di musim semi dan
berkata, "Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu
dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu
melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa kerajaan Allah sudah dekat."
(Luk. 21:28,30,31).
Akan tetapi oleh karena roh kerendahan
hati dan penyerahan di gereja telah digantikan oleh kesombongn dan formalisme,
kasih kepada Kristus dan iman kepada kedatangan-Nya telah menjadi dingin.
Karena asyiknya dalam keduniawian dan kepelesiran, orang yang mengaku umat
Allah telah dibutakan terhadap petunjuk Juru Selamat mengenai tanda-tanda
kedatangan-Nya. Doktrin mengenai kedatangan Kristus kedua kali telah diabaikan,
dan ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan itu dikaburkan oleh salah tafsir,
sampai akhirnya diremehkan dan dilupakan. Terutama hal ini terdapat di
gereja-gereja Amerika. Kebebasan dan kesenangan yang dinikmati oleh segenap
lapisan masyarakat, ambisi untuk memperoleh kekayaan dan kemewahan, membuat
pengabdian sepenuhnya kepada usaha mencari uang. Keinginan mendapatkan
popularitas dan kuasa, yang tampaknya dalam jangkauan semua orang, menyebabkan
manusia memusatkan perhatian dan harapan mereka kepada perkara-perkara duniawi
dalam hidup ini. Dan menganggap masih lama hari yang penting itu, bilamana
segala perkara yang sekarang ini berlalu.
Pada waktu Juru Selamat menunjukkan
kepada pengikut-pengikut-Nya tanda-tanda kedatangan-Nya, Ia meramalkan
kemurtadan yang terjadi sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali itu. Akan
terjadi, seperti pada waktu zaman Nuh, kegiatan dan bisnis duniawi dan mencari
kepelesiran -- membeli, menjual, menanam, membangun, kawin-mawin -- dengan
melupakan Tuhan Allah dan kehidupan di masa yang akan datang. Bagi mereka yang
hidup waktu ini, nasihat Yesus adalah, "Jagalah dirimu, supaya hatimu
jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan
duniawi, dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu
seperti suatu jerat." "Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa,
supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semu yang akan terjadi itu, dan
supya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." (Lukas 21:34,36).
Keadaan gereja pada saat ini digambarkan
dalam kata-kata Juru Selamat di dalam buku Wahyu, "Aku tahu segala
pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, pada hal engkau mati." (Wahyu 3:1,3).
Dan kepada mereka yang menolak untuk bangkit meninggalkan ketidak-perdulian,
diberikan amaran penting ini, "Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga,
Akan akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku
tiba-tiba datang kepadamu." (Wahyu 3:3).
Manusia perlu dibangunkan supaya sadar
adanya bahaya. Mereka harus dibangunkan supaya bersedia menghadapi
kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan tertutupnya masa percobaan
atau tertutupnya pintu kasihan. Nabi Allah mengatakan, "Betapa hebat dan
sangat dahsyat hari Tuhan! Siapakah yang dapat menahannya?" (Yoel 2:11).
Siapakah yang dapat menahannya pada waktu ia menyatakan diri yang matanya
"terlalu suci untuk melihat kejahatan," dan tidak dapat
"memandang kelaliman?" (Habakuk 1:13). Kepada mereka yang berseru,
"Ya Allahku, kami, Israel mengenal Engkau," (Hosea 8:2), namun telah
melangkahi perjanjian-Nya (Hosea 2:1), dan segera mengikuti allah lain (Maz.
16:4), menyembunyikan kejahatan di dalam hati mereka, dan menyukai jalan-jalan
kejahatan -- bagi mereka ini hari Tuhan itu adalah "kegelapan dan bukan
terang, kelam kabut dan tidak bercahaya." (Amos 5:20). "Pada waktu
itu," sabda Tuhan, "Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai
obor dan akan menghukum orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas
endapannya dan yang berkata dalam hatinya, 'Tuhan tidak berbuat baik dan tidak
berbuat jahat!'" (Zefanya 1:12). "Kepada dunia akan Kubalaskan
kejahatannya, dan kepada orang-orang fasik kesalahan mereka. Kesombongan
orang-orang pemberani akan Kuhentikan, dan kecongkakan orang-orang yang gagah
akan Kupatahkan." (Yes. 13:11). Mereka tidak bisa diselamatkan oleh perak
atau emas mereka." (Zefanya 1:18). "Maka harta kekayaannya akan
dirampas dan rumah-rumahnya akan menjadi sunyi sepi."(Zefanya 1:13).
Nabi Yeremia, pada waktu memandang kepada
masa yang menakutkan ini, berseru, "Aduh, dadaku, dadaku! Aku menggeliat
sakit! Aduh dinding jantungku! . . . sebab aku mendengar bunyi sangkakala,
pekik perang." "Kehancuran demi kehancuran dikabarkan, seluruh negeri
dirusakkan." (Yer. 4:19,20).
"Hari keganasan hari itu, hari
kesusahan dan hari kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan
dan kesuraman, hari berawan dan kelam, hari peniupan sangkakala dan pekik
tempur terhadap kota-kota yang berkubu dan terhadap menara penjuru
tinggi." (Zefanya 1:15,16). "Sungguh hari Tuhan datang dengan
kebengisan, dan dengan ganas dan dengan murka yang menyala-nyala untuk membuat
bumi menjadi sunyi sepi dan untuk memunahkan dari padanya orang-orang
berdosa." (Yes. 13:9).
Mengenai hari yang dahsyat, firman Allah,
dalam bahasa yang sungguh-sungguh dan sangat berkesan, memanggil umat-umat-Nya
untuk bangun dari tidur rohaninya, dan mencari Allah dengan pertobatan dan
kerendahan hati, "Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunungKu
yang kudus! Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari Tuhan datang,
sebab hari itu sudah dekat." (Yoel 2:1). "Tiuplah sangkakala di Sion,
adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa
ini, kuduskanlah jemaah, kumpulkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak
. . . baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan pengantin perempuan
dari kamar tidurnya; baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di
antara balai depan dan mezbah." (Yoel 2:15-17). "Berbaliklah kepadaKu
dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu,
sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia."
(Yoel 2:12,13).
Untuk mempersiapkan suatu umat yang dapat
berdiri teguh pada hari Allah, perlu dilakukan pembaharuan yang besar. Allah
melihat bahwa banyak orang-orang yang mengaku umat-Nya tidak membangun untuk
kekekalan, dan di dalam kemurahan-Nya Ia mengirim suatu pekabaran amaran untuk
membangunkan mereka dari tidurnya, dan menuntun mereka untuk bersedia kepada
kedatangan Tuhan.
Amaran itu dinyatakan dalam Wahyu 14. Di
sini dinyatakan suatu pekabaran rangkap tiga sebagaimana diumumkan oleh
makhluk-makhluk Surgawi, dan yang segera diikuti oleh kedatangan Anak Manusia
"untuk menuai panen dunia." Bagian pertama amaran ini mengumumkan
penghakiman yang sudah dekat. Nabi melihat seorang malaikat yang terbang
"di tengah-tengah langit, dan padanya ada Injil yang kekal untuk
diberitahukannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa
dan suku dan bahasa dan kaum, dan ia berseru dengan suara nyaring: Takutlah
akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba hari penghakiman-Nya, dan
sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."
(Wah. 14:6,7).
Pekabaran ini dinyatakan menjadi bagian
dari "Injil yang kekal." Pekerjaan untuk menyiarkan Injil tidak
pernah diserahkan kepada malaikat-malaikat, tetapi telah dipercayakan kepada
manusia. Malaikat-malaikat kudus ditugaskan untuk mengendalikan pekerjaan ini.
Mereka bertanggungjawab atas pergerakan besar keselamatan umat manusia. Tetapi
pengajaran Injil yang sebenarnya di dunia ini dilakukan oleh hamba-hamba
Kristus.
Orang-orang yang setia, yang menuruti
bisikan-bisikan dan dorongan Roh Allah dan pengajaran firman-Nya, mengumumkan
amaran ini kepada dunia ini. Mereka adalah yang telah memberikan perhatian
kepada "firman yang telah disampaikan oleh para nabi," "pelita
yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur
terbit . . . ." (2 Pet.1:19). Mereka telah mencari pengetahuan akan Allah
lebih dari semua harta yang tersembunyi, karena "keuntungan melebihi
keuntungan perak dan hasilnya melebihi emas." (Amsal 3:14). Dan Tuhan
menyatakan kepada mereka perkara-perkara besar kerajaan itu. "Tuhan
bergaul karib dengan orang-orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya
diberitahukan-Nya kepada mereka." (Maz. 25:14).
Bukan ahli-ahli teologi terpelajar yang
mengerti kebenarn ini, dan yang melibatkan diri dalam penyiarannya. Seandainya
ahli-ahli teologia ini menjadi seorang yang setia dan berjaga-jaga, yang
menyelidiki Alkitab dengan rajin dan dengan doa, mereka tentu akan mengetahui
waktunya sudah dekat, dan nubuatan-nubuatan akan membukakan kepada mereka
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Tetapi mereka tidak melakukan seperti
itu, dan pekabaran ini diberitakan oleh orang-orang yang lebih sederhana. Yesus
berkata, "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama
terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai
kamu; barang siapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu bemana ia
pergi." (Yoh. 12:35). Mereka yang meninggalkan terang yang diberikan
Allah, atau yang lalai mencarinya walaupun ada dalam jangkauannya, akan tetap
tinggal dalam gelap. Tetapi Juru Selamat mengatakan, "Barangsiapa mengikut
Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang
hidup." (Yoh. 8:12). Siapa saja yang bertekad bulat berusaha melakukan
kehendak Allah, dan dengan sungguh-sungguh memperhatikan terang yang sudah
diberikan, akan menerima terang yang lebih besar. Kepada jiwa-jiwa seperti itu
bintang-bintang yang menyinarkan terang Surga akan dikirimkan, untuk
memimpinnya kepada segala kebenaran.
Pada waktu kedatangan Kristus yang pertama,
imam-imam dan ahli-ahli taurat kota suci, kepada siapa firman Allah
dipercayakan, seharusnya memahami tanda-tanda zaman, dan memberitakan
kedatangan Dia yang dijanjikan itu. Nubuatan Mika menunjukkan tempat
kelahiran-Nya (Mika 5:1). Daniel memperinci waktu kedatangan-Nya (Daniel 9:25).
Allah memberikan nubuatan-nubuatan ini kepada para pemimpin Yahudi; tidak ada
maaf bagi mereka jika mereka tidak mengetahuinya dan menyatakan kepada
orang-orang bahw kedatangan Mesias sudah dekat. Kebodohan mereka adalah akibat
dari dosa kelalaian mereka. Orang-orang Yahudi membangun tugu-tugu bagi
nabi-nabi Allah yang telah di bunuh, sementara oleh rasa hormat mereka kepada
orang-orang besar dunia mereka telah memberi hormat kepada hamba-hamba Setan.
Karena hanyut dalam perjuangan yang ambisius untuk memperoleh tempat dan kuasa
di antara manusia, mereka kehilangan pandangan terhadap kehormatan-kehormatan
ilahi yang diberikan oleh Raja Surga kepada mereka.
Dengan perhatian yang mendalam dan
sungguh-sungguh seharusnya tua-tua Israel sudah mempelajari tempat, waktu dan
keadaan peristiwa paling besar dalam sejarah dunia kedatangan Anak Allah untuk
menyelesaikan penebusan manusia. Seharusnya semua orang sudah berjaga dan
menunggu agar supaya mereka boleh termasuk di antara yang pertama menyambut
Penebus dunia itu. Tetapi lihatlah, di Bethlehem dua orang pendatang dari
perbukitan Nasaret yang sudah keletihan, menelusuri jalan-jalan sempit ke arah
ujung Timur kota, tidak menemukan tempat untuk beristirahat dan berlindung pada
malam. Tidak ada pintu yang terbuka bagi mereka. Akhirnya mereka menemukan
tempat berlindung malam itu di sebuah gubuk hina, yang disediakan buat ternak.
Di situlah Yesus, Juru Selamat dunia , dilahirkan.
Malaikat-malaikat Surgawi telah melihat
kemuliaan Anak Allah dengan Bapa sebelum dunia dijadikan, dan mereka telah
mengharapkan dengan perhatian yang sangat kepada kedatangan-Nya di dunia ini,
sebagai satu peristiwa yang penuh dengan kesukaan besar bagi semua orang.
Malaikat-malaikat ditugaskan untuk menyampaikan kabar kesukaan itu kepada
mereka yang bersedia menerimanya, dan yang dengan gembira memberitahukan kepada
penduduk bumi. Kristus telah merendahkan diri-Nya untuk mengambil rupa manusia
kepada diri-Nya sendiri. Ia memikul beban penderitaan tanpa batas pada waktu Ia
mempersembahkan jiwanya sebagai korban dosa. Namun para malaikat merindukan
bahwa walaupun dalam keadaan direndahkan, Anak Allah Yang Mahatinggi boleh
kelihatan di hadapan manusia dengan keagungan dan kemuliaan yang sesuai dengan
tabiat-Nya. Maukah orang-orang besar dunia berkumpul di ibukota Israel untuk
menyambut kedatangan-Nya? Maukah pasukan malaikat memperkenalkan-Nya kepada
rombongan yang sudah mengharapkan-Nya?
Seorang malaikat mengunjungi dunia ini
melihat siapa-siapa yang bersedia menyambut Yesus. Tetapi ia tidak melihat
adanya tanda-tanda kesediaan. Ia tidak mendengar suara puji-pujian dan
kemenangan, bahwa waktu kedatangan Mesias sudah dekat. Malaikat itu
melayang-layang sebentar di atas kota terpilih dan di atas kaabah di mana hadirat
ilahi dinyatakan berabad-abad lamanya. Tetapi di sinipun yang terdapat hanya
keadaan acuh tak acuh yang sama. Para imam, dalam kebesaran dan kebanggaannya,
mempersembahkan persembahan-persembahan yang telah cemar di kaabah itu.
Orang-orang Farisi dengan suara nyaring berbicara kepada orang banyak, atau
mengucapkan doa-doa kesombongan di sudut-sudut jalan. Di istana raja-raja, di
perkumpulan-perkumpulan para ahli filsafat, di sekolah-sekolah rabbi-rabbi,
semuanya sama-sama tidak memperhatikan fakta ajaib yang telah memenuhi seluruh
Surga dengan sukacita dan pujian -- bahwa Penebus manusia sudah hampir datang
ke dunia.
Tidak ada tanda-tanda bahwa Kristus
sedang ditunggu-tunggu, dan tidak ada persediaan menyambut Raja kehidupan itu.
Dalam keheranan, utusan Surgawi itu sudah hampir kembali ke Surga dengan satu
berita yang memalukan, pada waktu ia menemukan sekelompok gembala yang menjaga
ternak mereka pada waktu malam. Dan pada waktu mereka memandang ke langit yang
penuh bintang, mereka merenungkan nubuatan mengenai seorang Mesias yang datang
ke dunia, dan merindukan kedatangan penebus dunia itu. Kelompok gembala inilah
yang bersedia menerima pekabaran Surga. Dan tiba-tiba malaikat Tuhan tampak
menyatakan berita baik, berita kesukaan besar. Kemuliaan Surga memenuhi seluruh
padang itu; malaikat tampak tak terhitung banyaknya. Seolah-olah berita
kesukaan itu terlalu besar untuk dibawa oleh seorang saja utusan dari Surga.
Sejumlah besar suara memperdengarkan nyanyian, yang suatu hari kelak seluruh
bangsa akan menyanyikannya, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha
tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya" (Lukas 2:14).
Oh, betapa cerita Betlehem yang luar
biasa ini menjadi suatu pelajaran! Bagaimana cerita itu menegur ketidak-percayaan
kita, kesombongan kita dan kepuasan diri sendiri. Bagaimanakah cerita itu
mengamarkan kita supaya berjaga-jaga, agar jangan oleh kelalaian kita, kita
juga gagal memperhatikan tanda-tanda zaman, sehingga tidak mengetahui hari
pehukuman kita.
Bukan hanya di bukit-bukit Yudea, bukan
hanya di antara para gembala yang sederhana, malaikat menemukan orang-orang
yang memperhatikan dan menantikan kedatangan Mesias. Di negeri orang kafir juga
ada yang merindukan-Nya. Mereka adalah orang-orang bijaksana, orang-orang yang
kaya, bangswan dan ahli-ahli filsafat dari Timur. Sebagai pengamat alam,
orang-orang majus ini telah melihat Allah dalam ciptaan-Nya. Dari Alkitab
Ibrani mereka telah mempelajari Bintang yang akan terbit di Yakub, dan dengan
kerinduan mereka menunggu kedatangan-Nya, yang bukan saja menjadi
"Penghiburan bagi Israel," tetapi juga "terang yang menjadi
penyataan bagi bangsa-bangsa lain," dan yang membawa keselamatan sampai ke
ujung bumi." (Lukas 2:25,32; Kisah 2:47). Mereka adalah pencari terang,
dan terang dari takhta Allah menerangi jalan mereka. Sementara iman-iman dan
rabbi-rabbi di Yerusalem, yang menjadi pelindung dan penyebar kebenaran, telah
diselubungi oleh kegelapan. Bintang yang di kirim Surga menuntun orang-orang
majus, yang kafir ini, ke tempat Raja yang baru lahir itu.
Adalah "kepada mereka yang
menantikan Dia" Kristus akan "menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa
menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan." (Iberani 9:28).
Seperti berita kelahiran Juru Selamat, pekabaran kedatangan kedua kali tidak
diserahkan kepada pemimpin-pemimpin agama. Mereka telah gagal untuk memelihara
hubungan mereka dengan Allah, dan telah menolak terang dari Surga. Oleh sebab
itu mereka tidak tergolong kepada apa yang diterangkan oleh Rasul Paulus, "Tetapi
kamu, Saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu
tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak
terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang
kegelapan." (1 Tes. 5:4,5).
Penjaga-penjaga tembok kota Sion
seharusnya adalah orang pertama yang menangkap berita kedatangan Juru Selamat,
orang pertama yang mengumumkan kedatangan-Nya yang sudah dekat, orang pertama
yang mengamarkan orang-orang supaya bersedia kepada kedatangan-Nya. Tetapi
mereka tenang-tenang saja, memimpikan perdamaian dan keamanan, sementara
orang-orang tertidur di dalam dosa-dosa mereka. Yesus melihat gerejan-Nya
bagaikan pohon ara yang tidak berbuah, ditutupi oleh daun-daun kesombongan,
tetapi tidak meghasilkan buah-buah yang berharga. Ada kesombongan pemeliharaan
formalitas agama, sementara roh kerendahan hati yang benar, pertobatan dan iman
-- yang satu-satunya bisa meberikan pelayanan yang berkenan kepada Allah --
sangat kurang. Sebagai ganti kasih karunia Roh, mereka menunjukkan keangkuhan,
formalisme, kesombongan, mementingkan diri sendiri dan penindasan. Gereja yang
murtad menutup matanya kepada tanda-tanda zaman. Allah tidak melupakan mereka,
atau menahankan kasih setia-Nya. Tetapi mereka meninggalkan-Nya dan memisahkan
diri dari kasih-Nya. Pada waktu mereka menolak menuruti syarat-syarat, maka
janji-janji-Nya tidak akan digenapi kepada mereka.
Demikianlah akibatnya kalau lalai
menghargai dan menggunakan terang dan kesempatan yang diberikan Allah. Kecuali
jemaat mengikuti pimpinan-Nya dan menerima setiap sinar terang dan melakukan
setiap tugas yang dapat dinyatakan, maka agama akan pasti merosot menjadi
perbaktian formalitas, dan roh kesalehan yang vital akan lenyap. Kebenaran ini
telah berulang kali digambarkan di dalam sejarah gereja. Allah menuntut
pekerjaan-pekerjaan iman dari umat-umat-Nya, dan penurutan yang sejajar dengan
berkat-berkat dan kesempatan-kesempatan yang diberikan. Penurutan memerlukan
pengorbanan dan salib. Dan inilah sebabnya mengapa banyak orang yang mengaku
pengikut Kristus menolak menerima terang dari Surga, dan, seperti orang-orang
Yahudi zaman dahulu, tidak mengetahui saat bilamana Allah melawat mereka (Lik.
19:44). Oleh karena kesombongn dan ketidak-percayaan, Tuhan melewatkan mereka,
dan menyatakan kebenaran-Nya kepada orang lain yang telah memperhatikan semua
terang yang telah diterima, seperti gembala-gembala di Betlehem dan orang-orang
majus dari negeri Timur.
No comments:
Post a Comment