Pekerjaan Allah di dunia ini dari zaman
ke zaman memberikan suatu kesamaan yang menarik perhatian dalam setiap
pembaharuan besar atau pergerakan agama. Prinsip perlakuan Allah kepada manusia
tetap sama. Pergerakan penting dewasa ini mempunyai kesejajarannya dengan
masa-masa yang lalu, dan pengalaman gereja pada zaman dahulu memberikan
pelayanan penting bagi zaman kita sekarang ini.
Tidak ada kebenaran yang lebih jelas
diajarkan di dalam Alkitab daripada oleh Roh Kudus-Nya terutama menuntun
hamba-hamba-Nya di atas dunia ini di dalam pergerakan besar untuk memajukan
pekerjaan penyelamatan. Manusia adalah alat di tangan Allah, yang digunakan-Nya
untuk mencapai tujuan-tujuan pengasihan dan kemurahan-Nya. Masing-masing orang
mempunyai bagian sendiri untuk dilakukan. Kepada setiap orang dikaruniakan
sejumlah terang, yang disesuaikan dengan kebutuhan waktunya, dan cukup untuk
menyanggupkannya melakukan pekerjaan yang telah diserahkan Allah kepadanya.
Tetapi tak seorangpun, betapapun ia dihormati oleh surga, pernah memperoleh
pengertian sepenuhnya mengenai rencana keselamatan, atau bahkan menghargai
sepenuhnya rencana keselamatan, atau bahkan menghargai sepenuhnya maksud ilahi
dalam pekerjaan pada zamannya. Manusia tidak mengerti sepenuhnya apa yang akan
dicapai Allah dalam pekerjaan yang diberikan-Nya kepada mereka untuk dilakukan.
Mereka tidak mengerti pekabaran dalam segala bentuknya yang mereka ucapkan
dalam nama-Nya.
"Dapatkah engkau memahami hakekat
Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?" "Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman Tuhan. Seperti tingginya lamgit dari bumi, demikianlah tingginya
jalan-Ku dari jalanmu, dan rancangan-Ku dari rancanganmu."
"Bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain seperti Aku, yang
memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang
belum terlaksana." (Ayub 11:7; Yes. 55:8,9; 46:9,10).
Bahkan nabi yang mendapat penerangan
khusus Roh Suci tidak sepenuhnya mengerti makna wahyu yang diberikan kepada
manusia. Arti wahyu itu akan diungkapkan dari zaman ke zaman, pada waktu umat
Allah memerlukan petunjuk yang ada di dalamnya.
Petrus, penulis keselamatan yang membawa
keselamatan kepada terang melalui Injil, berkata, "Keselamatan itulah yang
diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih
karunia yang diperuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang
bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus yang ada di dalam mereka, yaitu Roh
yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa
Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka
telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi,
melayani kamu." (1 Pet. 1:10-12).
Namun, walaupun para nabi tidak diberi
pengertian sepenuhnya perkara-perkara yang dinyatakan kepada mereka, mereka
dengan sungguh-sungguh mencari untuk memperoleh semua terang yang dikehendaki
Allah untuk dinyatakan. Mereka "mencari dan meneliti dengan rajin,"
"meneliti saat yang mana, atau yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh
Kristus yang ada dalam mereka dimuliakan." Betapa menjadi satu pelajaran
bagi umat Allah pada zaman Kekristenan, karena nubuatan-nubuatan ini diberikan
kepada hamba-hamba-Nya untuk keuntungan mereka.! "Kepada mereka telah
dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani
kamu." Saksikanlah umat-umat kudus Allah pada waktu mereka "mencari
dan meneliti dengan rajin" mengenai wahyu yang diberikan kepada mereka
bagi generasi yang akan datang yang belum lahir. Bandingkanlah semangat mereka
yang saleh dengan sifat acuh tak acuh umat-umat pada zaman kemudian
memperlakukan karunia surga ini. Betapa suatu teguran bagi pecinta keselamatan,
pecinta keduniawian dan kesenangannya, yang acuh tak acuh, yang puas hanya
menyatakan bahwa nubuatan-nubuatan itu tidak bisa dimengerti.
Walaupun pikiran manusia fana ini tidak
mampu untuk memahami hal-hal Yang Kekal, atau mengerti sepenuhnya pelaksanaan
rencana-Nya, namun sering hal itu disebabkan oleh beberapa kesalahan atau
kelalaian di pihak sendiri, yang membuat tidak mampu memahami
pekabaran-pekabaran Surga. Tidak jarang pikiran orang-orang, bahkan pikiran
hamba-hamba Allah, dibutakan oleh pendapat-pendapat, tradisi-tradisi dan
ajaran-ajaran palsu manusia, sehingga mereka hanya mampu menangkap sebagian
saja perkara-perkara besar yang Ia sudah nyatakan dalam firman-Nya. Demikianlah
halnya dengan murid-murid Kristus, walaupun pada waktu Juru Selamat ada bersama
mereka secara pribadi. Pikiran mereka telah diilhami oleh konsep populer
mengenai Mesias sebagai raja dunia, yang akan mengangkat Israel ke takhta
kekaisaran universal, dan mereka tidak bisa mengerti arti kata-kata-Nya yang
memberitahukan penderitaan dan kematian-Nya.
Kristus sendiri telah mengutus mereka
dengan pekabaran, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil." (Mark. 1:15). Pekabaran ini
didasarkan atas nubuatan nabi Daniel pada Daniel 9. Yang enam puluh sembilan
kali tujuh masa telah dinyatakan oleh malaikat berlanjut kepada "Mesias
Raja," dan dengan harapan besar dan sukacita murid-murid itu mengharapkan
terbentuknya kerajaan Mesias di Yerusalem, untuk memerintah seluruh dunia.
Mereka mengkhotbahkan pekabaran yang
telah diberikan Kristus kepada mereka, walaupun mereka salah mengerti maknanya.
Walaupun pengumuman mereka terdapat dalam Daniel 9:25, mereka tidak melihat
pada ayat berikutnya di fatsal yang sama bahwa Mesias akan disingkirkan. Sejak
mereka lahir telah terbentuk di dalam hati mereka suatu harapan kemuliaan
kekaisaran dunia, dan hal ini membutakan pengertian mereka kepada tanda-tanda
nubuatan dan kepada perkataan Kristus.
Mereka melaksanakan tugas mereka untuk
menyatakan kepada bangsa Yahudi undangan kasih karunia, dan kemudian pada saat
mereka mengharapkan melihat Tuhan mereka naik takhta menduduki takhta Daud,
mereka melihat Dia ditangkap bagaikan penjahat, dicambuk, dicemooh dan dikutuk,
dan memikul salib Golgota. Betapa putus asa, kecewa dan sedih hati murid-murid
itu selama hari-hari Tuhan mereka tidur di dalam kubur.
Kristus telah datang pada waktu yang
tepat dan dengan cara yang telah diramalkan oleh nubuatan. Kesaksian Alkitab
telah digenapi dalam setiap rincian pelauanan-Nya. Ia telah mengkhotbahkan
kabar keselamatan, dan "kata-kata-Nya berkuasa." Hati para
pendengar-Nya telah menyaksikan bahwa Ia datang dari Surga. Firman dan Roh
Allah menguatkan tugas ilahi Anak-Nya.
Murid-murid itu masih tetap bergantung
kepada kasih sayang yang tidak padam kepada Tuhan mereka. Dan kesedihan mereka,
mereka tidak mengingat kata-kata Kristus yang menunjukkan kepada mereka
penderitaan dan kematian-Nya. Jika Yesus orang Nasaret itu adalah Mesias yang
sejati, mengapa mereka harus terjerumus ke dalam kesedihan dan kekecewaan?
Inilah pertanyaan yang menyiksa batin mereka sementara Juru Selamat terbaring
dalam kubur-Nya selama jam-jam hari Sabat yang penuh keputusasaan itu, yaitu
antara kematian-Nya dan kebangkitan-Nya.
Walaupun malam gelap kesedihan menutupi
pengikut-pengikut Yesus ini, namun mereka tidak ditinggalkan. Nabi berkata,
"Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam
gelap, Tuhan akan menjadi terangku, . . . . Dan memberi keadilan kepadaku,
membawa aku ke dalam terang sehingga aku mengalami keadilan-Nya."
"Maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang
dalam gelap terbit terang bagi orang benar." "Aku mau memimpin
orang-orang buta di jalan yang tidak mereka kenal, dan mau membawa mereka
berjalan di jalan-jalan yang tidak mereka kenal. Aku mau membuat kegelapan yang
di depan mereka menjadi terang dan tanah yang berkeluk-keluk menjadi tanah yang
rata. Itulah hal-hal yang hendak Kulakukan kepada mereka, yang pasti akan
kulaksanakan." (Mika 7:8,9; Maz. 139:12; 112:4; Yes. 42:16).
Pengumuman yang telah disampaikan oleh
murid-murid dalam nama Tuhan adalah benar, dan peristiwa-peristiwa yang
diramalkan benar terjadi. "Waktunya telah digenapi, kerajaan Allah sudah
dekat," adalah pekabaran mereka. Pada waktu berakhirnya "waktu
itu," -- yang enam puluh sembilan kali tujuh masa dari Daniel 9, yang
berlanjut sampai kepada Mesias, Yang Diurapi" -- Kristus telah menerima
pengurapan Roh, setelah Ia dibaptiskan oleh Yohanes di Sungai Yordan. Dan
"Kerajaan Allah" yang mereka nyatakan sudah dekat telah didirikan
oleh kematian Kristus. Kerajaan itu tidak seperti yang mereka ajarkan dan
yakini, suatu kerajaan duniawi. Atau juga bukan kerajaan kekal yang akan datang
yang akan didirikan bilamana "pemerintahan, kekuasaan, dan kebesaran dari
kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang
kudus, umat Yang Mahatinggi;" bahwa kerajaan kekal dimana "segala
kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka." (Dan. 7:27). Sebagaimana
digunakan di dalam Alkitab, sebutan "kerajaan Allah" digunakan untuk
menyatakan baik kerajaan kasih karunia maupun kerajaan kemuliaan. Kerajaan
kasih karunia dimunculkan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada orang
Iberani. Setelah menunjuk kepada Kristus, pengantara yang penuh kasihan yang
"turut merasakan kelemahan-kelemahan kita," rasul itu berkata,
"Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih
karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat
pertolongan pada waktunya." (Iberani 4:16). Takhta kasih karunia
melambangkan kerajaan kasih karunia; karena adanya takhta menyatakan adanya
kerajaan. Dalam banyak perumpamaan-Nya, Kristus menggunakan sebutan
"kerajaan surga" untuk menyatakan pekerjaan kasih karunia ilahi atas
hati manusia.
Demikian juga takhta kemuliaan menyatakan
kerajaan kemuliaan. Dan kerajaan inilah yang disebut dalam kata-kata Juru
Selamat, "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua
malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta
kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa dikumpulkan di hadapan-Nya." (Mat.
25:31,32). Kerajaan ini masih akan datang. Kerajaan ini tidak akan didirikan
sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali.
Kerajaan kasih karunia didirikan segera
setelah kejatuhan manusia, pada waktu rencana dibuat untuk menebus umat manusia
yang sudah berdosa. Kerajaan itu ada dalam rencana dan janji Allah. Dan melalui
iman, manusia dapat menjadi warganya. Tetapi kerajaan itu belum betul-betul
didirikan sebelum kematian Kristus. Bahkan sebenarnya setelah memasuki misi-Nya
di dunia ini, Juru Selamat, karena merasa letih dengan kekerasan hati dan
pendurhakaan manusia, dapat menarik diri dari pengorbanan di Golgota. Di taman
Getsemane cawan penderitaan gemetar dalam tangan-Nya. Sebenarnya Ia bahkan
dapat menghapus keringat darah dari dahi-Nya, dan membiarkan umat manusia yang
berdosa itu binasa dalam kejahatannya. Seandainya Ia berbuat demikian, maka
tidak akan ada penebusan bagi manusia yang sudah jatuh itu. Akan tetapi
bilamana Juru Selamat menyerahkan hidup-Nya, dan dengan hembusan nafas-Nya Ia
berseru, "Sudah selesai," barulah kegenapan rencana penebusan
dipastikan. Janji keselamatan yang diberikan kepada pasangan di taman Eden
(Firdaus) diratifikasi. Kerajaan kasih karunia, yang sebelumnya ada oleh karena
janji Allah, sekarang didirikan.
Dengan demikian kematian Kristuslah
peristiwa yang dianggap oleh murid-murid sebagai kebinasaan terakhir
pengharapan mereka -- adalah yang membuat kerajaan kasih karunia itu pasti
selama-lamanya. Sementara kematian itu membawa kekecewaan berat bagi mereka,
itu adalah suatu klimaks bahwa iman mereka telah tepat. Peristiwa yang telah
membawa dukacita dan keputusasaan bagi mereka adalah yang membuka pintu
pengharapan kepada setiap anak Adam, dan di dalam mana berpusat kehidupan masa
datang dan kebahagiaan kekal semua umat Allah yang pada segala zaman.
Tujuan anugerah kekal sedang mencapai
kegenapannya bahkan melalui kekecewaan murid-murid itu. Sementara hati mereka
dimenangkan oleh kasih karunia ilahi dan kuasa pengajaran-Nya, yang
"berkata-kata seperti yang belum pernah seorangpun berkata-kata,"
namun kasih mereka kepada Yesus bagaikan percampuran emas murni dengan logam
campuran kesombongan dunia dan ambisi-ambisi yang mementingkan diri. Bahkan dalam
ruangan Paskah pada saat khidmat pada waktu Guru mereka bersiap memasuki
bayang-bayang Getsemane, ada "pertengkaran di antara murid-murid Yesus,
siapakah yang dapat dianggap terbesar diantara mereka." (Lukas 22:24).
Penglihatan atau visi mereka dipenuhi oleh takhta, mahkota, dan penderitaan
taman Getsemane, gedung pengadilan dan salib Golgota. Adalah kesombongan hati
mereka, kehausan mereka terhadap kemuliaan duniawi, yang menuntun mereka
bergantung begitu kuat kepada ajaran-ajaran palsu zaman mereka, dan membiarkan
kata-kata Juru Selamat berlalu tanpa diperhatikan, yang menunjukkan sifat
kerajaan-Nya yang benar, dan menunjuk ke depan kepada penderitaan dan
kematian-Nya. Dan kesalahan-kesalahan ini mengakibatkan datangnya pencobaan --
tajam tetapi diperlukan -- yang diizinkan demi perbaikan mereka. Walaupun
murid-murid itu salah mengerti arti pekabaran mereka, dan telah gagal menyadari
harapan-harapan mereka, namun mereka telah mengkhotbahkan amaran yang diberikan
Allah kepada mereka, dan Tuhan akan menghargai iman mereka dan menghormati
penurutan mereka. Kepada mereka dipercayakan pekerjaan penyiaran ke seluruh
bangsa kabar Injil mulia Tuhan mereka yang telah bangkit. Untuk persiapan
kepada pekerjaan inilah sehingga pengalaman yang tampaknya pahit bagi mereka
diizinkan datang.
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus
menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di jalan ke Emmaus, dan "Ia
menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia di dalam seluruh Kitab
Suci, mulai dari Kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi."(Luk.
24:27). Hati para murid itu digerakkan. Iman mereka dinyalakan. Mereka
"dilahirkan kembali kepada pengharapan yang hidup," bahkan sebelum
Yesus menyatakan diri-Nya kepada mereka. Ia bermaksud memberi terang kepada
pengertian mereka dan menggantungkan iman mereka kepada "perkataan
nubuatan yang lebih teguh." Ia rindu agar kebenaran berakar kuat di dalam
pikiran mereka, bukan saja karena didukung oleh kesaksian pribadi-Nya, tetapi
juga karena penyataan yang tidak diragukan yang diberikan dengan lambang dan bayangan
hukum, dan nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama. Sangat perlu bagi pengikut
Kristus untuk memiliki iman yang berdasarkan pengetahuan, bukan saja demi
kepentingan mereka, tetapi agar mereka dapat membawa pengetahuan mengenai
Kristus kepada dunia ini. Dan sebagai langkah pertama untuk memberikan
pengetahuan ini, Yesus mengarahkan murid-murid-Nya kepada "buku Musa dan
nabi-nabi." Demikianlah kesaksian yang diberikan oleh Juru Selamat yang
bangkit itu mengenai nilai pentingnya Alkitab Perjanjian Lama.
Betapa besar perubahan yang terjadi di
dalam hati murid-murid itu pada waktu mereka sekali lagi melihat wajah Guru
mereka yang penuh kasih sayang. (Luk. 24:32). Dalam arti yang lebih lengkap dan
lebih sempurna daripada sebelumnya, mereka sudah "menemukan Dia, yang
telah dituliskan Musa di dalam taurat dan kitab nabi-nabi."
Ketidakpastian, kesedihan yang mendalam, keputusasaan diganti dengan kepastian
yang sempurna dan iman yang cerah. Betapa mengagumkan bahwa setelah kenaikan
Yesus, murid-murid "tetap tinggal di dalam kaabah memuji-muji dan memuja
Allah." Orang-orang yang hanya mengetahui kematian Juru Selamat yang
memalukan mengharap akan melihat wajah murid-murid yang dipenuhi oleh
kesedihan, kebingungan dan kekalahan, tetapi mereka melihat kegembiraan dan kemenangan.
Betapa persiapan matang telah diterima oleh murid-murid ini bagi tugas-tigas di
hadapan mereka! Mereka telah melewati cobaan yang paling berat yang mungkin
mereka alami, dan melihat bagaimana firman Allah telah memberikan kemenangan,
pada waktu penglihatan manusia tidak lagi memberikan harapan. Sejak waktu itu,
apakah yang dapat mengecilkan dan melemahkan iman mereka?, atau mendinginkan
kehangatan kasih mereka? Dalam kesedihan yang paling dalam mereka mempunyai
"penghiburan yang kuat," "dorongan yang kuat," suatu
pengharapan yang bagaikan "sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang
telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir." (Iberani 6:18,19). Mereka
telah menjadi saksi kepada hikmat dan kuasa Allah, dan mereka "yakin,
bahwa baik maut maupun hidup, baik malaikat-malaikat maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang maupun yang akan datang, atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
yang lain tidak dapat memisahkan" mereka dari "kasih Allah, yang ada
di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." "Tetapi dalam semuanya
itu," kata mereka, " kita lebih daripada orang-orang yang menang,
oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:38,39,37). "Firman Tuhan
tetap untuk selama-lamanya." (1 Pet. 1:25). Dan "siapakah yang akan
menghukum mereka? Kristus Yesus yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah
bangkit dan yang juga duduk di sebelah kanan Allah,yang malah menjadi pembela
bagi kita?" (Roma 8:34).
Tuhan berkata, "Dan umat-Ku tidak
akan menjai malu lagi untuk selama-lamanya." (Yoel 2:26). "Sepanjang
malam ada tangisan, menjelang pagi ada sorak sorai." (Maz. 30:6). Bilamana
pada waktu hari kebangkitan-Nya murid-murid itu bertemu dengan Juru Selamat,
hati mereka terbakar mendengar firman-Nya. Bilamana mereka melihat kepala, kaki
dan tangan yang telah memar dan luka-luka karena mereka, bilamana sebelum
kenaikan-Nya, Yesus menuntun mereka ke luar sampai ke Batania, dan mengangkat
tangan-Nya dan memberkati mereka, Ia menyuruh mereka, "Pergilah ke seluruh
dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk," dan Ia menambahkan,
"Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman." (Mark. 16:15; Mat. 28:20). Bilamana pada hari Pentakosta,
Penghibur yang dijanjikan itu turun, dan kuasa dari atas diberikan, dan jiwa
orang-orang percaya digerakkan dengan kesadaran kehadiran Tuhan mereka yang
telah naik -- kemudian, walaupun seperti Dia, jalan mereka menuju pengorbanan
dan mati syahid, akankah mereka menukarkan pelayanan Injil kasih karunia-Nya
dan "mahkota kebenaran" yang akan diterima kedatangan-Nya dengan
kemuliaan takhta dunia yang telah menjadi harapan mereka pada permulaan
kerasulan mereka? Ia yang "sanggup melakukan lebih banyak dari yang kita
minta atau pikirkan," telah mengaruniakan kepada mereka yang bersekutu di
dalam penderitaan-Nya, persekutuan sukacita-Nya, -- sukacita "membawa
banyak anak Allah kepada kemuliaan," sukacita yang tidak terkatakan,
"satu kemuliaan besar yang abadi," yang mengenai hal ini Rasul Paulus
berkata, "penderitaan kita yang hanya sementara," dan "tidak
layak dibandingkan."
Pengalaman murid-murid yang mengabarkan
"Injil kerajaan" pada kedatangan Kristus yang pertama, ada
persamaannya dengan pengalaman mereka yang memberitakan pekabaran
kedatangan-Nya yang kedua kali. Pada waktu murid-murid itu pergi ke luar
mengabarkan "waktunya sudah digenapi, kerajaan Allah sudah dekat,"
demikian juga Miller dan rekan-rekannya mengabarkan bahwa masa nubuatan
terpanjang dan terakhir yang dinyatakan di dalam Alkitab sudah hampir berakhir,
bahwa pengadilan sudah dekat, dan kerajaan kekal akan segera mulai. Pemberitaan
murid-murid yang berhubungan dengan waktu didasarkan atas tujuh puluh kali
tujuh masa yang terdapat dalam Daniel 9. Pekabaran yang dikabarkan Miller dan
rekan-rekannya mengumumkan akhir dari 2300 hari dari Daniel 8:14 dimana yang
tujuh puluh kali tujuh masa itu adalah bagian daripadanya. Pemberitaan
masing-masing didasarkan atas penggenapan berbagai bagian dari masa nubuatan
besar yang sama.
Seperti murid-murid yang pertama, Wm.
Miller dan rekan-rekannya tidak mengerti dengan sepenuhnya makna pekabaran yang
mereka kabarkan. Kesalahan-kesalahan yang telah lama ada di dalam gereja
mencegah mereka tiba pada suatu interpretasi yang tepat mengenai hal-hal
penting di dalam nubuatan. Itulah sebabnya, walaupun mereka mengabarkan
pekabaran yang Allah telah serahkan kepada mereka untuk disampaikan kepada
dunia ini, namun oleh karena salah pengertian mengenai artinya, mereka
menderita kekecewaan.
Dalam menerangkan Daniel 8:14,
"Sampai lewat 2300 petang dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan
dalam keadaan yang wajar," Miller, sebagaimana sudah disebutkan, menerima
pandangan umum yang lazim bahwa dunia ini adalah tempat kudus itu dan ia
percaya bahwa pemulihan tempat kudus menggambarkan pembersihan dunia ini dengan
api pada kedatangan Tuhan. Itulah sebabnya bilamana ia menemukan bahwa akhir
dari 2300 hari itu dengan pasti dinubuatkan atau diberitahukan, ia menyimpulkan
bahwa ini menyatakan kedatangan Kristus kedua kali. Kesalahannya adalah sebagai
akibat dari penerimaannya pada pandangan populer atau pandangan umum ,mengenai
tempat kudus itu.
Dalam upacara kaabah, yang menjadi
bayangan pengorbanan dan keimamatan Kristus, pemulihan tempat kudus adalah
upacara terakhir yang dilaksanakan oleh imam besar dalam pelayanan tahunan. Itu
adalah pekerjaan penutup penyucian atau hari grafirat -- yaitu pembersihan atau
penghapusan dosa dari Israel. Hal itu menggambarkan atau melambangkan pekerjaan
penutup dalam pelayanan Imam Besar kita di Surga, dalam pembersihan atau
penghapusan dosa-dosa umat-Nya, yang dicatat dalam buku catatan Surga. Upacara
ini meliputi pekerjaan pemeriksaan, pekerjaan pengadilan, dan segera disusul
oleh kedatangan Kristus di atas awan dengan kuasa dan kemuliaan besar, karena
kalau Ia datang setiap kasus telah diputuskan. Yesus berkata,
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan
kepada setiap orang menurut perbuatannya." (Wah. 22:12). Pekerjaan
penghakiman inilah yang mendahului kedatangan kedua kali, yaitu yang diumumkan
dalam pekabaran malaikat yang pertama dari Wahyu 14:7, "Takutlah akan
Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya."
Mereka yang mengumumkan amaran ini
memberikan pekabaran yang tepat pada waktu yang tepat. Tetapi sebagaimana
murid-murid yang dahulu menyatakan, "Waktunya sudah genap, dan kerajaan
ALLah sudah dekat," yang didasarkan atas nubuatan Daniel 9, sebagaimana
mereka gagal mengerti bahwa kematian Mesias telah diramalkan dalam buku yang
sama, demikianlah Miller dan rekan-rekannya memberitakan pekabaran yang
didasarkan atas Daniel 8:14 dan Wahyu 14:7, dan gagal melihat masih ada
pekabaran lain yang dinyatakan di dalam Wahyu 14, yang juga harus diberikan
sebelum kedatangan Tuhan. Sebagaimana murid-murid salah dalam hal kerajaan yang
akan didirikan pada akhir masa tujuh puluh kali tujuh masa, demikianlah
orang-orang Advent salah dalam hal peristiwa yang akan terjadi pada akhir 2300
hari. Dalam kedua kasus ini ada penerimaan atau keterikatan kepada kesalahan
umum atau populer yang membutakan pikiran kepada kebenaran. Kedua golongan ini
memenuhi kehendak Allah dalam menyampaikan pekabaran yang Ia ingin agar
diberikan, dan keduanya melalui kekurangmengertinya akan pekabaran itu telah
menderita kekecewaan.
Namun Allah mencapai maksud kemurahan
hati-Nya dalam mengizinkan amaran Penghakiman diberikan sebagaimana adanya.
Hari yang besar itu sudah dekat, dan dalam pimpinan-Nya orang-orang dibawa
kepada ujian waktu yang tentu untuk menyatakan kepada mereka apa yang ada dalam
hati mereka. Pekabaran itu dibuat untuk menguji dan memurnikan jemaat itu.
Mereka dituntun untuk melihat apakah kasih sayang mereka ditujukan kepada dunia
ini atau kepada Kristus dan Surga. Mereka mengaku mengasihi Juru Selamat.
Sekarang mereka harus membuktikan kasih mereka. Apakah mereka sudah bersedia
meninggalkan harapan-harapan dan ambisi-ambisi duniawi, dan menyambut sukacita
kedatangan Tuhan mereka? Pekabaran itu dirancang untuk menyanggupkan mereka
untuk menilai keadaan kerohanian mereka yang sebenarnya. Pekabaran itu
diberikan untuk membangunkan mereka untuk mencari Tuhan dengan pertobatan dan
merendahkan diri.
Kekecewaan itu juga, walaupun itu sebagai
akibat dari kekurangmengertian mereka akan pekabaran yang mereka kabarkan,
harus dibuang untuk kebaikan. Kekecewaan itu menguji hati mereka yang mengaku
menerima amaran itu. Dalam kekecewaan mereka, apakah mereka dengan buru-buru
membuang pengalaman mereka dan menghilangkan keyakinan mereka kepada firman
Allah? Atau apakah mereka, di dalam doa dan kerendahan hati, mau melihat dimana
mereka gagal mengerti makna dari nubuatan itu? Berapa banyak yang telah
dipindahkan dari rasa takut atau emosi dan kegembiraan? Berapa banyak yang
setengah-setengah hati atau bimbang dan tidak percaya? Banyak orang mengaku
rindu kepada kedatangan Tuhan. Pada waktu mereka diminta menanggung ejekan dan
celaan dunia, dan ujian keterlambatan kedatangan Tuhan dan kekecewaan, apakah
mereka akan meninggalkan iman mereka? Oleh karena mereka tidak dengan segera
mengerti perlakuan Allah kepada mereka, apakah mereka akan mengesampingkan
kebenaran yang didukung oleh kesaksian firman-Nya yang paling jelas?
Ujian ini akan menyatakan kekuatan mereka
yang dengan iman yang sungguh-sungguh telah menuruti apa yang mereka percayai
adalah pengajaran firman dan Roh Allah. Ujian itu akan mengajarkan kepada
mereka bahayanya menerima teori-teori dan penafsiran manusia, gantinya membuat
Alkitab itu sebagai penafsirnya sendiri. Bagi orang beriman, kebingungan dan
kesusahan yang diakibatkan oleh kesalahan akan melakukan perbaikan yang
diperlukan. Mereka akan dituntun kepada pelajaran yang lebih mendalam dan
teliti mengenai kata-kata nubuatan. Mereka akan diajar untuk memeriksa lebih
cermat dasar kepercayaan mereka, dan menolak segala sesuatu yang tidak terdapat
di dalam Alkitab kebenaran, betapapun meluasnya diterima oleh dunia Kristen.
Kepada orang-orang percaya ini,
sebagaimana dengan murid-murid yang pertama itu, yang pada saat pencobaan
kelihatannya gelap dalam pengertiannya, akan dibuat jelas sesudah itu. Bilamana
mereka harus melihat "akhir Tuhan," mereka akan mengetahui bahwa
walaupun pencobaan itu diakibatkan oleh kesalahan mereka, maksud kasih-Nya
kepada mereka sedang digenapi dengan pasti. Mereka akan belajar dari pengalaman
yang berbahagia bahwa Ia "sangat berbelas kasihan, dan dengan kemurahan
yang lembut;" dan bahwa semua jalan-jalan-Nya "adalah kemurahan dan
kebenaran bagi orang-orang yang berpegang kepada perjanjian-Nya dan
kesaksian-kesaksian-Nya."
No comments:
Post a Comment