π Pelajaran ✝ Alkitab π
π D A N I E L π
Oleh: Elias Brazil de Souza , PhD.
Pelajaran ke-5 :
Dari Kesombongan Kepada Kerendahan Hati
πΈπΉπΈπΉπΈπΉπΈπΉπΈπΉπΈ
Selasa, 28 Jan. 2020
Yang Mahatinggi Berkuasa ...
Meskipun dia diperintahkan untuk bertobat dan mencari pengampunan Allah, kesombongan Nebukadnezar yang tanpa henti menyebabkan eksekusi dari ketetapan surgawi (Dan. 4: 28-33). Sementara raja berjalan di istananya dan memuji dirinya sendiri atas apa yang telah dia capai, dia menderita kondisi mental yang membuatnya terusir dari istana kerajaan. Dia mungkin pernah mengalami kondisi mental patologis yang disebut lychanthropy klinis atau zoanthropy. Kondisi seperti itu membuat pasien bertindak seperti binatang. Di zaman modern penyakit ini telah disebut “species dysphoria," perasaan bahwa tubuh seseorang adalah spesies yang salah dan, karenanya, berkeinginan untuk menjadi binatang.
Baca 2 Raja-raja 20: 2-5; Yunus 3: 10; dan Yeremia 18: 7, 8. Apakah yang dikatakan ayat-ayat ini tentang kesempatan raja untuk menghindari hukuman?
Sayangnya, Nebukadnezar harus belajar dengan cara yang sulit. Ketika diinvestasikan dengan kekuatan kerajaan, Nebukadnezar tidak memiliki kemampuan untuk merefleksikan hubungannya dengan Allah. Jadi, dengan mencabut dari raja otoritas kerajaan dan mengirimnya untuk hidup dengan binatang buas di ladang, Allah memberi raja kesempatan untuk mengakui ketergantungan total kepada-Nya. Sebenarnya, pelajaran utama yang Allah ingin ajarkan kepada raja yang sombong itu adalah bahwa “Surga berkuasa” (Dan. 4: 26, NKJV). Sungguh, penghakiman atas raja memiliki tujuan yang bahkan lebih besar dalam rancangan Allah, seperti yang dengan jelas dinyatakan dalam dekret makhluk-makhluk surgawi: “supaya orang-orang yang hidup tahu, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang yang paling kecil sekalipun dapat diangkat-Nya untuk kedudukan itu” (Dan. 4: 17).
Dengan kata lain, disiplin yang diterapkan pada Nebukadnezar harus menjadi pelajaran bagi kita semua juga. Karena kita termasuk dalam kelompok “yang hidup,” kita harus lebih memperhatikan pelajaran utama yang seharusnya kita pelajari bahwa “Yang Mahatinggi memerintah di kerajaan manusia.”
Mengapakah mengetahui bahwa Yang Mahatinggi berkuasa merupakan pelajaran yang penting bagi kita untuk dipelajari? Bagaimanakah seharusnya pengetahuan ini berdampak pada bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang di bawah kekuasaan kita?
ππ✝
Tuhan yang memberkati π
No comments:
Post a Comment