π Pelajaran ✝ Alkitab π
π D A N I E L π
Oleh: Elias Brazil de Souza , PhD.
Pelajaran ke-5 :
Dari Kesombongan Kepada Kerendahan Hati
πΈπΉπΈπΉπΈπΉπΈπΉπΈπΉπΈ
Jumat, 31 Jan. 2020
Pemikiran Lebih Lanjut:
"Raja yang tadinya sombong telah menjadi seorang anak Allah yang rendah hati; yang tadinya tangan besi, raja yang sombong, kini menjadi raja yang bijaksana dan sabar. Ia yang pemah menyangkal dan menghina Allah yang di surga, kini mengakui kuasa Yang Mahatinggi dan dengan sungguh-sungguh berusaha meningkatkan rasa takut akan Tuhan dan kebahagiaan rakyatnya. Di bawah peringatan keras dari Dia yang adalah Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuan, pada akhirnya Nebukadnezar telah mempelajari pelajaran yang harus dipelajari oleh semua raja---bahwa kebesaran sejati terdiri atas kebaikan sejati. Ia mengakui Tuhan sebagai Allah yang hidup, berkata, 'Aku, Nebukadnezar, memuji meninggikan dan memuliakan Raja Surga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak.'
"Rencana Allah supaya kerajaan terbesar di dunia harus menunjukkan pujian kepada-Nya kini telah terlaksana. Penyataan secara umum ini, di mana Nebukadnezar mengakui kemurahan dan kebaikan serta kekuasaan Allah, adalah tindakan yang terakhir dalam kehidupannya yang tercatat dalam sejarah yang suci.”
~ Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 129.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. “Kesombongan menuntun ke setiap sifat buruk lainnya: itu adalah kondisi pikiran yang sepenuhnya anti-Allah. Apakah ini menurut Anda berlebihan? Jika demikian, pikirkan lagi ... Semakin sombong seseorang, maka ia akan semakin tidak suka pada kesombongan orang lain. Jika Anda ingin mengetahui seberapa sombong Anda, cara termudah adalah bertanya pada diri sendiri, 'Seberapa tidak sukakah saya ketika orang lain menghina saya, atau menolak untuk memperhatikan saya, atau menggurui saya, atau pamer kepada saya?' Intinya adalah bahwa kesombongan setiap orang bersaing dengan kesombongan orang lain. Ini disebabkan karena saya ingin menjadi suara besar di kumpulan itu sehingga saya sangat kesal pada orang lain yang menjadi suara besar. ”
~ C. S. Lewis, Mere Christianity [New York: Touchstone, 1996], hlm. 110.
Apakah yang dikatakan Lewis di sini yang mungkin dapat membantu Anda melihat kesombongan dalam hidup Anda sendiri?
2. Tema yang terlihat dalam pasal ini, serta dalam beberapa pasal sebelumnya, adalah kedaulatan Allah. Mengapakah topik ini begitu penting untuk dipahami? Apakah peran yang dimainkan oleh hari Sabat dalam membantu kita memahami kebenaran penting ini?
ππ✝
Tuhan yang memberkati π
No comments:
Post a Comment